Surabaya (ANTARA News) - Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Dr Ir H Djoko Sungkono M.Eng.Sc, akan mematenkan kompor reflektor (pemantul panas) bersirip yang membuat masakan lebih cepat matang dalam waktu yang relatif pendek. "Kompor reflektor bersirip itu sedang saya kembangkan untuk mendapatkan paten, sedangkan sebelumnya sudah saya patenkan kompor minyak tanah sumbu 18 dan 24 untuk desain sarangan sebagai pusat pembakaran," ujarnya di Surabaya, Kamis. Gubes keempat dari Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya yang akan dikukuhkan pada 10 Januari 2007 itu menjelaskan dirinya juga menyiapkan sejumlah paten, diantaranya kompor minyak tanah bersumbu "logam" dan kuningan sebagai katalisator racun gas buang kendaraan. "Saya belum dapat menjelaskan secara rinci, karena paten sedang dalam proses, sedangkan kompor minyak tanah sumbu 18 dan 24 untuk desain sarangan sebagai pusat pembakaran sudah dijual dan diproduksi dengan sistem produksi secara home industri," tegasnya. Kepala Laboratorium Bahan Bakar dan MPD (Motor Pembakaran Dalam) Jurusan Teknik Mesin ITS Surabaya itu mengaku pihaknya juga sudah dua tahunan meneliti bio solar dari bahan kelapa, sawit, pohon jarak. Bahkan, kata ayah dua orang anak kelahiran Surabaya pada 7 September 1944 itu, pihaknya kini mengembangkan bio solar dari kacang tanah, kedelai, wijen, biji kapuk, dan bunga matahari. "Tapi saya tahu bahwa masyarakat belum dapat dialihkan untuk menggunakan bio solar, karena BBM masih dirasa lebih mudah. Saya kira, masyarakat akan mau beralih ke bio solar jika BBM sudah semakin mahal dan langka," paparnya. Menurut pakar kalor (perpindahan panas) itu, bio solar atau VCO (Virgin Coconut Oil) sebenarnya mudah pembuatannya, karena hanya dengan menumbuk atau memarut, lalu diperas untuk mendapatkan inti "minyak" dengan diputar selama 30 menit atau lebih. "Untuk kelapa misalnya, sepuluh kelapa akan menghasilkan 0,9 hingga 1,4 liter VCO. Caranya, kelapa yang sudah didapatkan minyaknya itu tinggal di-esterfikasi dengan bakteri, maka akan terpisah antara gliserin di bagian bawah dan minyaknya di bagian atas. Minyak itulah yang digunakan," ungkapnya. Penulis orasi ilmiah untuk pengukuhan bertajuk "Peran Laboratorium Keahlian Dalam Menunjang Keilmuan" itu menegaskan bahwa sebuah laboratorium dapat mengantarkan seseorang meraih gelar akademik tertinggi. "Jadi, tidak perlu masuk laboratorium setelah menjadi profesor, tapi masuklah ke laboratorium untuk memperoleh gelar guru besar. Laboratorium adalah segala-galanya, bukan hanya sebagai tempat melakukan eksperimen, tapi juga menanamkan nilai-nilai akademik serta moral," ucap suami Ny Mike Jeny Salmon itu. Kesenangan berada di laboratorium itulah yang akhirnya mengantarkan ahli konversi energi (perpindahan panas) itu menghasilkan paten tentang kompor minyak bersumbu 18 dan 24 untuk desain sarangan sebagai pusat pembakaran dan tiga paten lainnya yang akan segera menyusul.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007