Jakarta (ANTARA News) - PT PLN (Persero) pada 2006 masih mengalami kerugian sebesar Rp1,08 triliun, meski lebih rendah dibandingkan kerugian 2005 yang mencapai Rp4,93 triliun. Komisaris Utama PLN, Al Hilal Hamdi, di sela RUPS PLN di Jakarta, Kamis, mengatakan kerugian PLN di tahun 2006 terutama disebabkan masih tingginya biaya bahan bakar minyak (BBM). "Namun, angka kerugian tersebut belum diaudit," katanya. Menurut Al Hilal, penurunan kerugian PLN yang cukup besar pada 2006 dibandingkan 2005 akibat mulai beroperasinya sejumlah pembangkit non BBM. Tahun 2006, pembangkit non BBM yang beroperasi mencapai 2.385 MW yang terdiri dari PLTA Musi 210 MW, PLTU Tanjung Jati B 1.320 MW, PLTU Cilacap 600 MW, PLTA Sipansihaporas 52 MW, PLTA Bili-Bili 11 MW, PLTP Darajat III 110 MW, PLTA Renun 82 MW. "Sebenarnya, kerugian 2006 bisa ditekan lagi kalau pasokan gas ke PLTGU Cilegon sesuai rencana," katanya. Namun, karena belum lancarnya pasokan gas ke PLTGU Cilegon, membuat PLN memasukkan pembangkit non BBM itu dalam rencana kerja 2007. PLTGU Cilegon berkapasitas 740 MW memerlukan pasokan gas sebesar 80 juta kaki kubik per hari yang dipasok dari lapangan milik China National Offshore Oil Company (CNOOC) di lepas pantai utara Banten. Padahal, kalau bisa beroperasinya penuh, maka PLTGU Cilegon akan menghemat pemakaian BBM sebanyak 2.300 kiloliter per hari atau Rp30 miliar per hari. Dalam 2006, PLN menargetkan komposisi pembangkit BBM terhadap keseluruhan pembangkit menurun menjadi 22 persen atau 9,2 juta kiloliter dari 2005 sebesar 28 persen atau 11,4 juta kiloliter. PLN juga memperkirakan pendapatan sebelum bunga, pajak, dan depresiasi (earning before interest, tax, depreciation and amortitation/EBITDA) pada 2006 bisa mencapai 1,239 miliar dolar AS. Angka itu lebih tinggi dibandingkan 2005 yang mencapai 1,019 miliar dolar AS. Sedangkan, komposisi bahan bakar pembangkit PLN tahun 2006 adalah batubara 43 persen, gas 19 persen, panas bumi lima persen, hidro sembilan persen, dan BBM 24 persen. (*)
Copyright © ANTARA 2007