Gunung Kidul (ANTARA News) - Sebagian telaga sumber mata air bagi masyarakat di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, memasuki musim kemarau mulai mengering, sehingga masyarakat mulai membeli air bersih dari swasta.
Kepala Desa Balong, Kecamatan Girisubo Suwardiyanto di Gunung Kidul, Senin, mengatakan satu-satunya telaga di wilayahnya sudah kering sejak beberapa pekan terakhir.
"Telaga sudah kering sejak hujan tidak turun. Sebagian masyarakat mulai membeli air bersih dari pihak swasta," kata Suwardiyanto.
Ia mengatakan mudah keringnya telaga ini dikarenakan adanya endapan di telaga, sehingga air yang ditampung tidak banyak. Pihaknya sudah mengajukan proposal kepada pemerintah daerah untuk pengerukan telaga.
"Kami sudah mengajukan pengerukan, mudah-mudahan bisa teralisasi sehingga ke depan tampungan air semakin banyak, dan saat hujan tiada, airnya tidak langsung hilang," katanya.
Sementara Kepala Desa Tepus Sutrisno menambahkan di daerahnya ada tiga telaga yang sudah mulai mengering di antaranya Telaga Kalen, Sumu dan Lempek. "Semua telaga sudah tidak bisa digunakan lagi," katanya.
Ia mengemukakan warga menggantungkan pasokan air dari telaga dan penampungan air hujan (PAH), namun sekarang sebagian sudah mulai mengering. "Saat ini warga mulai membeli air dari pihak swasta," katanya.
Sutrisno mengatakan satu tangki ukuran 5.000 liter air bersih harganya sekitar Rp90 ribu hingga Rp120 ribu, dan hanya digunakan sekitar tiga minggu sampai satu bulan.
"Selain mengandalkan swasta kami juga mengandalkan bantuan dari pemerintah," katanya.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Gunung Kidul menganggarkan penyaluran air bersih ke wilayah yang dilanda kekeringan pada 2015 sebesar Rp600 juta. Dana ini lebih rendah Rp200 juta dibandingkan tahun lalu.
"Tahun ini memang anggaran untuk penyaluran air bersih turun Rp200 juta," kata Kepala Dinsosnakertrans Gunung Kidul Dwi Warna Widi Nugraha.
Menurut dia, penurunan anggaran ini kemungkinan karena penyerapan anggaran 2014 sisa Rp200 juta, sehingga pemotongan anggaran dilakukan. Dana sebesar ini untuk pembelian air, operasional tangki termasuk pembelian BBM.
"Tahun lalu anggaran Rp800 juta, tidak habis dan masih sisa Rp200 juta," kata Dwi Warna.
Pewarta: Sutarmi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015