Suwon, Korea Selatan (ANTARA News) - Ribuan sekolah di Korea Selatan, yang ditutup karena Sindroma Pernapasan Timur Tengah (MERS), dibuka kembali, Senin.
Sementara, negara tersebut berupaya untuk kembali ke keadaan normal setelah wabah itu melanda hampir empat pekan dan mulai menurun, demikian seperti dikutip dari Reuters.
Lima penderita baru dilaporkan Kementerian Kesehatan pada Senin, sehingga jumlah korban mencapai 150 dan menjadi wabah terbesar di luar Arab Saudi.
Kementerian itu mengatakan pasien lain, yang terpapar virus MERS, menjadi korban tewas ke-16. Semua kasus itu ditelusuri datang dari sarana kesehatan.
Empat rumah sakit ditutup total atau sebagian dalam upaya menghentikan penyebaran penyakit yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) disebut sebagai wabah yang "meluas dan kompleks".
Setidaknya 440 sekolah masih ditutup, Senin, dari sebanyak 2.900 sekolah yang ditutup pada Jumat.
Presiden Korsel Park Geun-hye yang peringkat dukungannya hancur akibat respons pemerintah terhadap MERS, mendesak negara untuk kembali ke kondisi normal.
"Saya minta masyarakat pengusaha juga, untuk melanjutkan investasi, kegiatan produksi dan manajemen seperti biasanya dan terutama membantu dengan meyakinkan konsumen untuk tidak ragu-ragu membelanjakan uangnya," kata Park dalam pertemuan dengan pembantu-pembantu seniornya.
Park, yang pekan lalu menunda kunjungan ke Amerika Serikat, menyaksikan anjloknya dukungan publik hingga di bawah 35 persen pekan ini, menurut sebuah jajak pendapat Realmeter.
Pemerintahannya dikritik karena di awal terjadinya wabah, menolak mengumumkan nama rumah sakit tempat dirawatnya pasien-pasien terduga dan terinfeksi virus, sehingga menimbulkan kepanikan dan kebingungan publik.
Pada Sabtu, WHO menyebutkan kelemahan Korsel dalam tanggap dini MERS dan mendesak komunikasi yang lebih baik dari pemerintah untuk memperbaiki kepercayaan dalam upaya memerangi wabah secara lokal maupun internasional.
Kementerian Kesehatan mengatakan telah mengambil tindakan karantina terhadap lebih dari 5 ribu orang yang kemungkinan terpapar virus MERS di sebuah rumah sakit di Seoul, yang telah menangguhkan semua pelayanannya setelah menjadi pusat penyebaran baru wabah itu.
Jumlah tersebut menjadikan angka total warga yang dikarantina menjadi 10 ribu orang.
Pusat Kesehatan Samsung mengatakan, Minggu, telah menangguhkan semua pembedahan yang tidak bersifat darurat dan tidak akan menerima pasien baru setelah lebih dari 70 kasus ditelusuri berasal dari mereka, termasuk seorang pekerja rumah sakit yang terinfeksi dan melakukan kontak dengan lebih dari 200 orang.
Sekolah kembali dibuka
Di Sekolah Dasar Myoungin di kota Suwon di selatan Seoul, para guru menyambut siswa-siswa di gerbang sekolah untuk pertama kalinya setelah 10 hari, memeriksa suhu tubuh mereka dan mengirim pulang siapapun yang mengalami demam.
WHO pekan lalu merekomendasikan agar sekolah kembali dibuka dan mengatakan bahwa sekolah tidak terkait dengan penularan virus MERS di Korsel atau dimana pun.
"Ibu anak ini dan saya bekerja, jadi saya pikir lebih baik anak-anak berada di sekolah dan di sana ada tindakan yang sesuai, daripada menjaga mereka di rumah," kata Bin Ko-ok, yang membawa cucunya, siswa kelas satu ke sekolah.
Sekolah itu merupakan salah satu yang pertama kali ditutup akibat kekhawatiran mengenai penyebaran MERS dua pekan lalu. Kepala sekolah Kim Hak-yu mengatakan ia tidak menerima telepon dari orang tuan yang menentang dibukanya kembali sekolah itu.
Korea Selatan mengatakan hingga Sabtu lalu lebih dari 108 ribu turis membatalkan kunjungannya ke negara itu sejak awal terjadinya wabah, 75 persen diantaranya berasal dari Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan.
Tren tersebut diperkirakan akan terus berlanjut hingga musim panas, kata Kementerian Kebudayaan.
(Uu.S022)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015