Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Kamis pagi, melemah menjadi Rp8.980/8.985 dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.965/8.968 per dolar AS atau merosot sebanyak 17 poin. "Rupiah merosot, karena pelaku pasar mulai menjauhinya, setelah bank sentral AS (The Fed) menurut rencana akan menaikkan suku bunganya untuk menekan inflasi," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Ia mengatakan pertemuan The Fed pada 12 Desember lalu menyatakan kenaikan suku bunga mungkin diperlukan untuk menekan harga, karena khawatir terhadap inflasi. Akibatnya, dolar menguat terhadap mata uang euro dan mata uang utama lain, ujarnya. Euro diperdagangkan pada 1,3168 dolar AS atau turun dari 1,3275 dolar AS pada perdagangan sebelumnya di New York. Greenback diperdagangkan pada 119,36 yen, naik dari 118,81 yen pada hari sebelumnya, sementara pound Inggris diperdagangkan pada 1,9512 dolar AS atau turun dari 1,9736. Dolar AS menguat di pasar regional, karena didukung oleh indeks manufaktur yang menguat menjadi 51,4 dari sebelumnya 49,5 yang menunjukkan bahwa ekonomi AS tidak seburuk yang diduga sebelumnya, katanya. Menurut dia, rupiah saat ini mendapat tekanan pasar, akibat menguatnya dolar AS dan pasar saham regional yang cenderung melemah, dengan turunnya berbagai indeks, seperti indeks Kospi, Korea Selatan dan indeks SP/ASX 200, Australia. Meski demikian, aktifitas pasar masih belum ramai, karena pelaku pasar masih menunggu perkembangan lebih lanjut mengenai rencana The Fed untuk menaikkan suku bunga Fed Fund, katanya. Pergerakan kedua mata uang itu juga dalam kisaran yang tidak melebar, dimana tingkat harga tertinggi mencapai Rp8.984 per dolar AS dan terendah pada Rp8.980 per dolar AS. Untuk itulah rupiah pada penutupan nanti sore apabila muncul isu positip, maka diperkirakan pergerakan mata uang lokal itu akan membaik, ucapnya. (*)

Copyright © ANTARA 2007