Batam (ANTARA News) - Badan Pengendali Dampak Lingkungan Kota Batam bersama sejumlah perusahaan menanam sekitar 6.000 pohon mangrove di kawasan Tanjungpiayu, Seibeduk yang sudah mengalami kerusakan akibat penebangan liar.
"Semakin hari semakin banyak hutan mangrove yang rusak. Sebisa mungkin kami akan mempertahankan keberadaan mangrove di Batam dengan terus melakukan penanaman," kata Kepala Badan Pengendali Dampak Lingkungan Kota Batam Dendi Purnomo di Batam, Sabtu.
Ia mengatakan, enam ribu bibit mangrove tersebut merupakan bantuan dari sejumlah perusahaan di antaranya PLN Batam, Infeneon, Panbil, dan RS Awal Bros Batam.
Sebelumnya, kawasan tersebut tampak sudah ditanami perusahaan lain yang terlihat sebagian pohon mulai tumbuh.
"Kami rencanakan penanaman ini akan selesai dalam tiga hari. Selanjutnya akan ada petugas yang melakukan perawatan hingga bibit tersebut tumbuh," kata dia.
Dendi mengatakan, pada periode 1970, saat kawasan Batam akan dikembangkan masih memiiki hutan mangrove mencapai 24 persen dari total luas wilayah.
Seiring terus dilakukannya pembangunan termasuk pada kawasan pinggir-pinggir daratan, mengakibatkan hutan mangrove makin habis dan kini hanya tersisa 4,2 persen saja.
"Menurut perhitungan, seharusnya luas mangrove minimal 6,1 persen. Namun nyatanya tinggal 4,2 persen saja, sehingga harus benar-benar dijaga agar tidak terus ditebang dengan alasan pembangunan," kata dia.
Dendi juga mengajak perusahaan, masyarakat dan semua elemen yang ada di Batam untuk turut menjaga kelestarian hutan mangrove yang manfaatnya sangat besar bagi kehidupan.
"Batam juga masih banyak masyarakat yang berprovesi sebagai nelayan. Jumlahnya sekitar enaam persen dari populasi yang ada. Sehingga kelestarian mangrove juga membantu mereka agar tetap bisa mendapatkan hasil saat melaut," kata Dendi.
Pewarta: Larno
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015