Nusa Dua, Bali (ANTARA News) - Pengamat perminyakan Maizar Rahman memprediksi bahwa harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama beberapa bulan mendatang melonjak karena sejumlah faktor di antaranya penurunan produksi minyak di Amerika Serikat dan geopolitik di Timur Tengah.

Maizar yang ditemui pada Seminar Internasional Mahasiswa Energi (ISES) yang digelar Institut Teknologi Bandung (ITB) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Sabtu, memperkirakan harga minyak mentah akan kembali naik pada Juni 2015 pada kisaran 61-66 dolar AS per barel.

"Faktor-faktor yang memperkuat harga tersebut adalah dimulainya driving season ketidakstabilan geopolitik Timur Tengah dan penurunan produksi minyak mentah di Amerika Serikat," ucapnya.

Dia menyebutkan bahwa dari hasil perhitungan formula ICP, harga minyak mentah Indonesia dalam Mei 2015 mengalami peningkatan dibandingkan bulan April 2015.

Harga rata-rata minyak mentah Indonesia naik sebesar 4,28 dolar AS per barel dari harga semula sebesar 57,58 dolar AS per barel menjadi menjadi 61,86 dolar AS.

Mantan Sekretaris Jenderal OPEC itu menjelaskan bahwa peningkatan harga minyak mentah Indonesia tersebut sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional, yang diakibatkan oleh beberapa faktor antara lain berdasarkan publikasi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC).

Dalam publikasi pada bulan Mei 2015 itu menyebutkan pasokan minyak mentah OPEC tanpa Irak di bulan April 2015 mengalami penurunan sebesar 0,03 juta barel per hari menjadi sebesar 27,17 juta barel per hari dibandingkan bulan sebelumnya.

Selain itu proyeksi pasokan minyak mentah non-OPEC tahun 2015 turun sebesar 0,01 juta barel per hari menjadi sebesar 57,16 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya dan proyeksi permintaan minyak mentah global tahun 2015 meningkat 0,05 juta barel per hari dibandingkan proyeksi bulan sebelumnya menjadi sebesar 92,50 juta barel per hari.

Untuk kawasan Asia Pasifik, peningkatan harga minyak mentah selain disebabkan oleh faktor-faktor tersebut di atas, juga dipengaruhi oleh meningkatnya proyeksi permintaan minyak mentah di Tiongkok pada tahun 2015, dengan meningkatnya tingkat kinerja kilang dan jumlah fasilitas inventori di Tiongkok.

Sedangkan faktor-faktor yang dapat memperlemah harga antara lain peningkatan ekspor minyak mentah Irak, konsistensi OPEC untuk mempertahankan target produksi harian sebesar 30 juta barrel per hari, menguatnya nilai tukar dolar Amerika Serikat dan kemungkinan tercapainya keputusan atas negosiasi nuklir Iran.

Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2015