Jakarta (ANTARA News) - Jaringan ritel modern Alfamart akan meningkatkan kepemilikan outlet milik masyarakat baik melalui pola waralaba dan operator mandiri hingga sekitar 50 persen pada tahun 2007 dari komposisi saat ini yang baru mencapai 35 persen dari sekitar 1.700 outlet yang ada. Peningkatan ini, kata "Public Relation Manager" PT Sumber Alfaria Trijaya Didit Setiadi di Jakarta, Rabu, adalah untuk mengurangi resiko terhadap peraturan-peraturan di daerah yang membatasi ekspansi minimarket modern jika tidak bermitra dengan masyarakat. Tahun lalu beberapa outlet Alfamart di Serang sempat ditutup karena persoalan perijinan menyusul keluarnya aturan dari bupati setempat yang melarang pembukaan minimarket modern jika tidak bermitra dengan masyarakat setempat. Namun masalah ini, kata Didit, sudah bisa selesai setelah pihaknya menggandeng masyarakat untuk juga menjadi pemilik minimarket tersebut. Bahkan, lanjutnya, nama Alfamart sebagai merek outlet diganti menjadi Puwnten Minimarket. Minimarket tersebut menjadi milik paguyuban warga Banten saat ini. Mengenai rencana ekspansi pada tahun ini, Didit mengatakan, pihaknya akan membidik pasar retail di Lampung dan Jawa Tengah. Kedua daerah ini potensi pasarnya cukup besar dan juga hambatan terhadap peraturan relatif kecil. "Kami akan membuka kantor cabang di dua daerah tersebut," kata Didit yang ditemui di sela-sela acara kegiatan sosial dalam rangka Community Social Responsibility (CSR) Alfamart. Untuk pasar Jawa Tengah saat ini masih dikendalikan oleh cabang yang ada di Cirebon, namun nantinya dengan kehadiran cabang di Semarang pada tahun ini, semua operasional akan dikendalikan dari Semarang. Pihaknya mentargetkan sekitar 50 hingga 100 minimarket Alfamart akan tumbuh di pasar Jawa Tengah tahun ini. Pola pengembangannya tetap melalui dua cara yaitu membangun jaringan sendiri dan kedua, dengan melibatkan masyarakat baik dengan sistem waralaba maupun operator mandiri. Pangsa pasar Alfamart berdasar survei AC Nielsen mencapai 33 persen, sementara pesaing utamanya yaitu Indomart 35 persen dan sisanya oleh minimarket atau toko-toko tradisional milik masyarakat. Sementara itu mengenai kegiatan sosial Alfamart, Didit mengatakan, pihaknya sudah melakukan hal tersebut sejak tahun 2004 untuk lebih memperhatikan masyarakat yang ada di sekitar outlet. "Misalnya ada kita temukan penderita gizi buruk di sekitar toko, kita akan coba bantu, atau misalnya ada yang demam berdarah, kita coba untuk melakukan penyemprotan," katanya. Sejak setahun terakhir ini, katanya, pihaknya juga memperkenalkan program peduli anak sekolah yaitu dengan memberikan beasiswa sebesar Rp500 ribu untuk satu orang anak SD per tahun. "Hingga kini sudah ada 100 hingga 150 anak atau baru 10 persen dari jumlah toko," katanya dan menambahkan untuk tahun ini pihaknya akan memfokuskan program CSR untuk sekolah-sekolah luar biasa (SLB).(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007