"Tidak ada (tanda kekerasan seksual). Tidak bisa ditentukan," katanya, saat ditemui usai prarekonstruksi di kediaman Angeline di Jalan Sedap Malam, Denpasar, Kamis.
Menurut dia, hal itu disebabkan karena kondisi jasad bocah malang itu telah membusuk karena telah meninggal lebih dari tujuh hari atau hampir selama tiga pekan sejak anak itu dikabarkan hilang pada Sabtu (16/5).
Sebelumnya tim dokter Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, menemukan sejumlah tanda kekerasan fisik di sejumlah bagian tubuh korban di antaranya wajah, kepala bagian belakang, tangan dan kaki akibat benda tumpul.
Selain itu, dokter juga menemukan luka bekas jeratan pada bagian leher korban.
Sebelumnya berdasarkan keterangan Kepala Polresta Denpasar, Komisaris Besar Polisi Anak Agung Made Sudan, Angeline selain mengalami kekerasan fisik juga mengalami kekerasan seksual berdasarkan pengakuan tersangka Agus (25), pekerja rumah tangga di kediaman ibu angkat Angeline, Margareta.
Polisi kemudian menetapkan Agus sebagai tersangka dalam kasus pembunuhan sadis itu. Sedangkan ibu angkat Angeline yakni Margaret dan kakak angkatnya, kata Sudana, tidak terlibat.
Sebelumnya keluarga Angeline melaporkan bahwa bocah itu hilang sekitar pukul 15.00 WITA di depan rumahnya di Jalan Sedap Malam Denpasar, Sabtu (16/5).
Setelah hampir tiga pekan, polisi dan masyarakat Indonesia akhirnya menemukan titik terang dengan ditemukannya bocah kelas 2-B di SDN 12 Kesiman, Sanur, Denpasar itu dengan kondisi meninggal dunia.
Dia ditemukan dikubur di halaman belakang rumah ibu angkatnya sendiri di lahan yang ditanami pohon pisang, dekat kandang-kandang ayam.
Angeline ditemukan dikubur pada kedalaman kurang dari dua meter dengan posisi tertelungkup sembari memeluk boneka. Jasadnya terbungkus selimut atau bed cover berwarna putih.
Pewarta: Dewa Wiguna
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015