Cilegon (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menegaskan petani dalam negeri tidak boleh terancam akibat diberlakukannya berbagai peraturan yang ditetapkan Badan Perdagangan Dunia (WTO), walaupun Indonesia pada dasarnya harus mematuhi peraturan perdagangan global. "Meskipun kita harus mengikuti peraturan perdagangan internasional sesuai peraturan WTO, tetapi tanpa perlakuan khusus Indonesia akan merugi," kata Presiden di Cilegon, Rabu pagi, ketika meresmikan pabrik gula Ravinasi PT Permata Dunia Sukses Utama. Dalam peresmian pabrik ini Presiden didampingi Ibu Ani Yudhoyono, Menteri Perdagangan Mari Pangestu, Menteri Perindustrian Fahmi Idris, serta Pelaksana Tugas Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. "Karena itu, pemerintah Indonesia merasa gembira, mengingat Indoensia telah mendapat perlakuan khusus bagi empat produknya, yaitu beras, gula, kacang kedelai, dan jagung," katanya. Presiden juga mengungkapkan tanpa perlindungan khusus, maka Indonesia tidak memiliki keunggulan yang kuat. Yudhoyono mengatakan pula karena Indonesia telah menikmati proteksi di bidang perdagangan internasional, maka pemerintah bersama dunia usaha harus menata dan mengatur perekonomiannya. Sementara itu, ketika menyinggung kaitan sektor perbankan dengan sektor riil, Presiden menyampaikan harapannya kepada Bank Indonesia agar terus menurunkan suku bunganya, sehingga dapat merangsang sektor riil mengembangkan bisnisnya. "Karena Gubernur Bank Indonesia tidak hadir di sini, maka melalui Menteri Keuangan saya minta Bank Indonesia untuk terus membuat berbagai kebijaksanaan yang positif," katanya. Dalam kesempatan itu, Kepala Negara juga menyerukan kepada sektor perbankan agar membuat kebijaksanaan yang tepat, misalnya suku bunga yang semakin rendah agar sektor riil dapat bergerak. Presiden beralasan, dengan semakin rendahnya bunga perbankan, maka kegiatan bisnis dapat berjalan lebih cepat dan akan membuka lapangan kerja. Presiden mengatakan pula pabrik gula serta berbagai sektor industri harus terus meningkatkan produksi mereka, tidak hanya untuk memenuhi konsumsi yang terus meningkat, tetapi juga karena jumlah penduduk yang terus bertambah. Jalan Terakhir Presiden Yudhoyono dalam kesempatan ini juga menyinggung masalah impor yang sering diributkan berbagai kalangan masyarakat. "Impor bukan tujuan, impor merupakan jalan terakhir kalau tidak ada jalan lain," kata Presiden kepada para pengusaha," katanya. Indonesia masih harus mengimpor berbagai barang konsumsi, karena sampai sekarang ternyata produksi dalam negeri masih belum seimbang dengan tingkat konsumsi. "Kalau produksi dalam negeri tidak cukup, maka terpaksa kita harus mengimpor. Kalau impor tidak dilakukan maka stok dalam negeri tidak cukup dan harga akan naik, dan bila harga naik maka rakyat tidak bisa membeli," katanya. Karena itu dalam pidatonya Presiden berulang kali mengingatkan bahwa pemerintah hanya akan mengimpor berbagai kebutuhan rakyat, jika kebutuhan dalam negeri tidak bisa dipenuhi karena masih rendahnya produksi. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007