Kupang (ANTARA News) - KM Harapan Jaya, yang mengangkut kayu dari Sulawesi Tenggara menuju Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Selasa (2/1) siang, dihantam gelombang hingga tenggelam di perairan Kupang dan seorang ABK bernama Sius Tokan ditemukan tewas. "Tim SAR Kupang berhasil menyelamatkan tiga ABK, termasuk nahkoda kapal dan mengevakuasi ABK yang tewas itu," kata Sekretaris Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) Penanggulangan Bencana dan Penanganan Pengungsi (PBP) Provinsi NTT, Sentianus Medi, di Kupang, Rabu. Medi mengatakan musibah kecelakaan dalam pelayaran itu baru diketahui petugas Administrator Pelabuhan (Adpel) dan personel tim penyelamat (SAR) Kupang, pada Rabu (3/1) pagi. Musibah itu pun segera dilaporkan kepada Gubernur Piet Alexander Tallo, melalui Kepala Biro Bina Sosial yang juga Sekertaris Satkoorlak PBP NTT. Kapal barang itu dinahkodai oleh A. Rochim dibantu tiga orang ABK, masing-masing Anton Kellen, Fadli Tapen dan Sius Tokan. Nahkoda kapal, Anton dan Fadli luput dari maut saat kapal barang itu diterpa badai gelombang di perairan Tanjung Bolang, Pulau Semau, Kabupaten Kupang, hingga tenggelam. Anggota Tim SAR Kupang, Abram Benyamin Kolimon, mengemukakan seluruh ABK sudah sudah dievakuasi ke darat, baik dalam keadaan hidup maupun telah meninggal dunia. "Kami baru saja mengevakuasi jenazah ABK yang tewas dalam musibah kapal tenggelam itu. Tiga ABK lainnya selamat dan juga sudah evakuasi," ujar Abram. Korban tewas kini disemayamkan di Instalasi Pemulasaran Jenasah (IPJ) RSUD Prof. W.Z. Yohanes Kupang. Kapal nelayan tenggelam Sebelumnya, Sabtu (30/1) petang, sebuah kapal nelayan yang diawaki dua orang nelayan asal Kupang, tenggelam di perairan Tablolong Kupang Barat, setelah dihantam badai gelombang. Menurut laporan Tim SAR Kupang yang juga diperoleh Satkoorlak PBP NTT, dalam musibah itu seorang awak kapal tewas akibat tenggelam dan seorang lainya selamat. "Nelayan yang tewas sudah ditemukan dan telah dievakuasi ke darat, namun belum diketahui secara jelas identitasnya," ujar Abram. (*)
Copyright © ANTARA 2007