"Meskipun organisasi kriminal ini menyebut diri mereka sebagai negara Islam, kami di Rusia sangat tahu dan percaya bahwa NIIS tidak ada hubungannya dengan Islam," kata Dubes Galuzin usai diskusi Persahabatan Rusia dan Dunia Islam di Kantor Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Jakarta, Selasa.
Menurut Dubes Galuzin, sebagian besar masyarakat Rusia memahami bahwa Islam adalah agama yang cinta damai dan menjunjung tinggi sikap saling menghormati terhadap bangsa dan kepercayaan yang berbeda.
Terkait dengan keberadaan NIIS yang telah mencatut nama Islam, Dubes Galuzin mengatakan masyarakat Rusia menganggapnya sebagai kelompok teroris atau penjahat yang tidak berhubungan dengan agama Islam.
Pengertian dan pemahaman tersebut, menurut Galuzin, didasari pada kondisi masyarakat Rusia multikultur dengan berbagai kepercayaan, termasuk agama Islam, yang dianut oleh masing-masing individu sehingga mereka telah mengetahui bahwa Islam yang sebenarnya mengajarkan perdamaian dan toleransi.
Berdasarkan data pemerintah Rusia, saat ini terdapat sekitar 20 juta populasi Muslim di Rusia yang menjadikan Islam sebagai agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks.
Oleh karena itu, Dubes Galuzin menyampaikan bahwa pemerintah Rusia akan mendukung dan sangat menghargai berbagai upaya untuk mempromosikan Islam yang cinta damai dan toleran.
Salah satunya, seperti yang digagas oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsudin yang akan mengikuti Forum Strategis Rusia dan Islam Global di Moskow, Rusia, pada 11-12 Juni mendatang.
"Kami akan senantiasa mendukung upaya untuk mempromosikan dialog lintas agama dan penguatan hubungan di antara kedua negara (Indonesia dan Rusia) melalui berbagai bentuk kerja sama, seperti yang dilakukan oleh Bapak Din Syamsudin dan Muhammadiyah," kata Dubes Galuzin.
Pewarta: A Fitriyanti
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015