Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Rabu pagi, menguat menjadi 8.956/8.961 dibandingkan dengan penutupan akhir pekan lalu di posisi Rp8.950/8.988 per dolar AS atau menguat sebanyak 27 poin. "Rupiah menguat menjauhi level Rp9.000 per dolar AS, karena sentimen positip masih terus menyelimuti mata uang lokal itu," kata Analis Valas PT Bank Niaga Tbk, Noel di Jakarta, Rabu. Menurut dia, rupiah diperkirakan akan bisa mencapai level Rp8.700 per dolar AS, apabila pelaku lokal masih memburunya, namun kenaikan yang berlanjut dikhawatirkan akan membuat rupiah mudah rapuh. Kenaikan rupiah hingga mencapai level Rp8.961 per dolar AS, karena sebagian kecil pelaku lokal masih memburu rupiah, namun apabila kenaikan itu dinilai sudah cukup maka rupiah akan mendapat tekanan pasar yang cukup besar, katanya. Faktor yang mendorong rupiah menguat, lanjutnya, karena membaiknya euro terhadap dolar AS yang masih berlanjut akibat rencana Bank Sentral Eropa yang akan menaikkan suku bunganya. Euro terhadap dolar AS naik menjadi 1,3279 dari sebelumnya 1,3245 atau naik sekitar 0,06 persen, euro terhadap yen menjadi 157,90 bahkan diperkirakan akan bisa menembus level 158.000, dan dolar AS terhadap yen jadi 118,80 dari 118,85. Noel mengatakan aktifitas pasar uang masih belum ramai, sehubungan sebagian besar pelaku masih berada di luar pasar, dengan masih liburnya pasar uang Jepang, China dan Amerika Serikat. Karena itu, kenaikan rupiah terjadi akibat munculnya aksi beli dari sebagian kecil pelaku lokal yang berspekulasi membeli rupiah, katanya. Rupiah, lanjutnya, pada penutupan sore nanti diperkirakan akan masih bergerak naik, karena pelaku lokal terlihat masih membeli rupiah, meski aksi beli itu relatif kecil. Sepanjang pekan ini rupiah diperkirakan akan bisa mendekati level Rp8.700 per dolar AS, sebagaimana yang diperkirakan sejumlah analis, katanya. Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengemukakan kenaikan rupiah sudah diperkirakan sebelumnya. Karena aktifitas pasar yang tipis, sebagian kecil pelaku pasar terus membeli rupiah, katanya. Namun, kata Kostaman, kenaikan rupiah yang cukup besar terutama disebabkan pelaku pasar terdorong oleh membaiknya pasar saham Asia dan merosotnya harga minyak mentah dunia hingga di posisi 61 dolar AS per barel. (*)

Copyright © ANTARA 2007