Kepala Seksi Usaha dan Pemasaran Hasil Perikanan Eka Dewi Sartika di Amuntai, Senin mengatakan, para petani berupaya meningkatkan harga jual ikan patin tersebut dengan cara membuat berbagai produk olahan dari ikan patin seperto menjadi bakso, nugget dan kerupuk.
Sayangnya, upaya tersebut kurang berkembang dan kurang diminati karena, sebagian masyarakat masih kurang yakin mengonsumsi ikan hasil budi daya karena khawatir diberi pakan bercampur zat non organik.
"Apalagi terhadap ikan patin, sebagian masyarakat kurang menyukai karena jenis ikan ini tidak bersisik dan ada mitos tersendiri di kalangan masyarakat, sehingga kurang menyukai mengkonsumsi jenis ikan ini," kata Eka.
Padahal, terang Eka, petani budi daya ikan patin tersebut, sebagian sudah mengantongi sertifikat cara budi daya ikan yang Benar (CBIB), sehingga layak dan aman dikonsumsi masyarakat.
Eka mengatakan beberapa petani mencoba mengolah daging ikan patin menjadi bakso namun kurang diminati masyarakat, padahal disamping citra rasanya yang tidak kalah dengan bakso daging sapi, kandungan protein dan gizinya juga cukup tinggi.
"Selain dalam bentuk olahan bakso dan nugget, kita juga mendorong peragaman olahan patin seperti abon, kerupuk namun kurang berkembang," tutur Eka.
Produk olahan ikan yang saat ini berkembang dari segi pemasaran adalah produk kerupuk ikan haruan (ikan gabus) dan ikan pipih.
Akibat produk olahan patin kurang diminati masyarakat, maka mayoritas petani pembudidaya patin di kawasan minapolitan lebih memilih menjual hasil budi daya patin dalam bentuk ikan segar/basah dibanding produk olahan karena dinilai lebih menguntungkan.
Penjualan ikan patin juga banyak dipasarkan keluar daerah seperti ke wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. Juga dipasarkan ke rumah-rumah makan di Kota Banjarmasin, Banjarbaru dan Martapura.
Pewarta: Ulul Maskuriah
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015