Jakarta (ANTARA News) - Pada Lebaran tahun ini Kemenhub menyiapkan 44.871 bus sehingga meningkat dibanding Lebaran 2014 sebanyak 43.015 bus. Bus itu terdiri dari bus antarkota antaraprovinsi (AKAP), antarkota dalam provinsi (AKDP) dan pariwisata. Sementara untuk penyeberangan dikerahkan 187 Kapal Ro-Ro dari tahun lalu sebanyak 174 kapal Ro-Ro.

Untuk moda transportasi laut, telah disiapkan 25 kapal Pelni, 28 kapal Ro-Ro swasta, 74 kapal swasta, 1.049 kapal swasta jarak dekat, 86 kapal perintis dan dua kapal TNI AL sebagai pilihan apabila terjadi penumpukan penumpang di pelabuhan yang tidak terangkut armada nasional. Sehingga total sebanyak 1.264 kapal.

Sarana kereta api telah disiapkan di antaranya, lokomotif (siap operasi 410, stamformasi 386 dan cadangan 24), sementara itu untuk kereta (siap operasi 1.637, stamformasi 1.523 dan cadangan 114).

Sementara itu, untuk angkutan udara, yakni 450 pesawat dengan kapasitas penerbangan dalam negeri 237.703 kursi per hari dan luar negeri 69.665 kursi sehari.

Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Suprasetyo mengatakan, meskipun prakiraan 4,2 juta penumpang, pihaknya menyiapkan kursi lebih untuk 4,9 juta penumpang karena sejumlah maskapai telah menyiapkan penerbangan tambahan (extra flight).

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, rute-rute yang diajukan untuk penerbangan tambahan, di antaranya dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng tujuan Solo dua kali dalam sehari, Semarang dua kali, Yogyakarta tiga, Malang dua, Pangkal Pinang satu, Kualanamu satu, Padang tiga, Surabaya satu, Pontianak dua, Denpasar tiga, Batam satu, Pekanbaru satu, Batam-Jambi satu, Banjarmasin-Surabaya satu, Balikpapan-Surabaya tiga, Denpasar-Surabaya satu, Padang-Medan satu dan Makassar-Surabaya satu.

Untuk Lebaran tahun ini, prakiraan kenaikan penumpang angkutan udara hanya 2,8 persen atau jauh lebih rendah dibanding Lebaran 2014 yang meningkat hingga 10 persen.

"Mungkin tahun ini dolar AS juga terus bergejolak yang mengakibatkan biaya operasional juga naik," ucapnya, menduga.

Terkait antisipasi keterlambatan, Suprasetyo mengatakan pihaknya telah mengimbau kepada maskapai untuk membereskan manajemen keterlambatan (delay management) sesuai Permenhub Nomor 77 Tahun 2011 Tentang Asuransi Delay Pesawat, Bagasi Hilang dan Kecelakaan.

Berdasarkan rancangan Permenhub tersebut, penumpang harus diberikan kompensasi Rp300.000 jika sudah melewati empat jam keterlambatan dan wajib diberikan penginapan jika sudah melewati waktu tidur normal.

Dari operator sendiri, seperti maskapai Garuda Indonesia telah menyiapkan 1,61 juta kursi penumpang, mulai tanggal 9 Juli sampai dengan 27 Juli 2015 atau periode "H-8" sampai dengan "H+10" Lebaran 2015.

"Jumlah tersebut meningkat sebesar delapan persen dibanding periode yang sama tahun 2014 lalu sebanyak 1,49 juta kursi," kata Vice President Corporate Communications Garuda Pujobroto.

Maskapai lain, seperti Kalstar Aviation juga telah menyiapkan 276 kursi untuk penerbangan tambahan, Citilink Indonesia mengajukan 22 penerbangan tambahan dan Batik Air akan mengoperasikan 28 pesawat untuk Lebaran tahun ini.

Sementara itu, dari PT Kereta Api Indonesia menyediakan 44.904 kursi per hari untuk KA jarak jauh.

Untuk KA tambahan, KAI DAOP I menjalankan 13 KA tambahan Lebaran dengan jumlah 15.148 kursi, yang telah mulai penjualan tanggal 11 April untuk keberangkatan 10 sampai dengan 16 Juli 2015 atau "H-7" sampai dengan "H-1". Sementara untuk arus balik keberangkatan tanggal 17-26 Juli 2015 atau H1 sampai dengan hari H kedua plus delapan hari setelahnya (H2+8), pemesanan sudah dibuka tanggal 18 April.

Logistik

Bukan hanya penumpang dan sepeda motor yang diangkut melalui kapal laut, tetapi logistik kebutuhan bahan pokok Lebaran juga diupayakan agar cepat sampai tujuan, sehingga bisa menekan harga barang-barang tersebut.

Direktur Jenderal Perhubungan Laut, Bobby R Mamahit mengatakan logistik Lebaran 2015 meliputi bahan-bahan pokok akan diangkut melalui pelayaran jarak dekat (short sea shipping) dengan kapal barang untuk mengurangi beban jalan darat serta menghindari kemacetan Jalur Pantura.

"Setelah rapat dengan Kementerian Perdagangan, untuk mengantisipasi kepadatan lalu lintas Lebaran, mereka (Kemendag) ingin menyalurkan barang-barang kebutuhan Lebaran melalui short sea shipping, khususnya ke wilayah Timur," katanya.

Dia mengatakan operator yang menjalankan masih PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni), namun pihak swasta dalam hal ini yang tergabung dalam Asosiasi Pemilik Kapal Nasional Indonesia (Insa) juga menawarkan untuk mengangkut logistik tersebut.

"Kalau Pelni jelas freight liner pemerintah, wajib menerima penugasan. Waktu itu Insa juga menawarkan angkutan, bahkan menjanjikan untuk 50 persen, padahal mereka komersial," katanya.

Selain itu, kapal Pelni yang memang diperuntukkan penumpang, tidak cukup banyak menampung barang, yakni satu kapal maksimal hanya 20 kontainer, untuk itu dukungan dari pihak swasta juga diperlukan khususnya pemilik kapal yang berkapasitas lebih besar.

Menurut Bobby, distribusi melalui laut lebih efisien dan ekonomis, yakni terhindar dari kemacetan jalan raya, juga bisa mengangkut lebih banyak barang.

"Dari awal, yang dibicarakan soal short sea shipping untuk memperlancar pengiriman barang yang tadinya melalui Pantura. Ketika tahun lalu Jembatan Comal putus, semua bingung," tandasnya.

Selain itu, menurut dia, Jalur Pantura dan Jalur Lintas Timur Sumatera sudah sangat mengkhawatirkan dan mengakibatkan kerusakan jalan raya serta risiko kecelakaan menjadi tinggi.

Bobby menambahkan, secara teoritis konsumsi BBM per unit barang yang diangkut oleh truk lebih tinggi dibandingkan dengan BBM per unit barang yang diangkut oleh kapal (economy of scale).

Dia mengatakan pada Tahap I akan dimulai dari Pelabuhan Panjang-Lampung menuju Tanjung Perak Surabaya, sementara itu untuk Tahap II dari Panjang/Lampung-Kendal Semarang.

Rute-rute tersebut dinilai sebagai rute-rute ramai untuk lalu lintas penyaluran barang jarak dekat.

"Selain menekan waktu perjalanan, mengurangi biaya pembangunan jalan dengan beban tinggi juga efisiensi pemeliharaan jalan," katanya.

Di sisi lain, lanjut dia, pelayaran jarak dekat dapat menekan risiko terjadinya kecelakaan di jalan raya, efisiensi biaya BBM kendaraan, mengurangi biaya pemeliharaan kendaraan, mengurangi emisi gas buang dan mengurangi dampak sosial perjalanan darat.

Upaya untuk mengurangi beban jalan darat telah dilakukan, salah satunya dengan lebih banyak menampung pemudik dengan sepeda motornya dalam mudik gratis dengan kereta dan kapal.

Hendaknya, perencanaan dan skema yang telah disusun dapat diwujudkan bersama dengan kedisiplinan baik petugas maupun pemudik menuju "zero accident". (Baca: Mengurangi beban jalan raya jelang hari raya (1))

Oleh Juwita Trisna Rahayu
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015