Harapan-harapan Tsonga untuk menjadi petenis putra Prancis pertama yang memenangi gelar sejak Yannick Noah pada 1983 memudar pada hari terpanas sepanjang kejuaraan ini -- dengan suhu mencapai 33 derajat celcius -- ketika Wawrinka memenangi angka-angka yang diperlukan.
Unggulan kedelapan asal Swiss itu sempat terlihat berbahaya, saat ia menyelamatkan 16 dari 17 break point yang ia hadapi sepanjang pertandingan yang berlangsung selama tiga jam 46 menit, dan sangat lega ketika ia melepaskan serve yang tidak dapat dikembalikan untuk mengakhiri semifinal.
Kemenangannya disambut cemooh dari sebagian penonton, namun Wawrinka tidak ambil pusing meski menjadi sosok jahat di hari ini, ketika ia mencapai final Grand Slam kedua sepanjang karirnya.
"Ini merupakan pertarungan besar, ini dapat berakhir dengan cara lain," kata juara Australia Terbuka 2014 itu yang akan menghadapi Novak Djokovic atau Andy Murray pada final yang dimainkan Minggu.
"Itu bergantung kepada dua atau tiga angka. Ia memiliki peluang-peluang untuk mematahkan serve saya pada set ketiga. Seperti biasa saat melawan Jo, itu merupakan pertandingan yang sangat berat. Ini berat namun saya gembira dapat melaju."
Wawrinka semestinya mendapatkan hari yang lebih baik ketika ia menghadapi tiga break point pada game pembuka di semifinal -- menggagalkan ketiganya untuk membuat Tsonga dan para pendukungnya putus asa.
Tsonga segera melepaskan semua peluang yang tersia-siakan dan tertinggal 3-4 pada set kedua.
Mencoba menemukan apa kesalahannya, Tsonga terduduk dan menghabiskan waktu "changeover" dengan menutup matanya dalam-dalam, sedangkan Wawrinka berupaya menyejukkan diri dengan kerah es dan meletakkan beberapa botol air di atas kepalanya.
Upaya itu terbayar ketika Tsonga segera mendapatkan kemampuan terbaiknya, saat ia mematahkan serve lawan untuk membuat kedudukan imbang 4-4.
Petenis Prancis 30 tahun ini tampil nyaris sempurna pada tiebreak, meraih keunggulan 7-1 dengan serve yang tidak dapat dikembalikan.
Wawrinka, yang menyia-nyiakan delapan break point yang ia dapatkan pada set kedua, tidak merasa terpukul dan bertarung ketat dengan Tsonga pada set ketiga sebelum menuntaskan permainan pada set keempat.
Ia sekarang berharap dapat bergabung dengan petenis-petenis seperti Mats Milander dan Ivan Lendl untuk melengkapi raihan gelar ganda di Roland Garros.
"Terdapat banyak emosi saat memainkan final grand slam lainnya, khususnya di sini di Roland Garros di mana saya memenangi gelar junior," ucapnya seperti dilansir Reuters.
(Uu.H-RF/D011)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015