Beijing (ANTARA News) - Tim pencarian dan penyelamatan mulai menegakkan posisi kapal penumpang yang terbalik di Sungai Yangtze pada Kamis (4/6) pukul 20.00, kata Kementerian Transportasi Tiongkok.
Keputusan tersebut dibuat setelah markas penyelamat memutuskan rencana pertolongan mesti berjalan dengan cepat.
Kapal itu akan ditegakkan dengan menggunakan derek yang mampu mengangkat seluruh badan kapal menjadi tegak.
Para ahli menyelam, pemulihan, bantuan dan rancang bangun kapal berada di lokasi untuk memberi dukungan. Rencana itu sejalan dengan norma internasional. Setiap kabin kapal penumpang tersebut akan ditelusuri.
Menegakkan posisi kapal akan membuatnya mengambang lagi dan pekerjaan lanjutan akan dilakukan dengan cara ilmiah dan hati-hati, kata Kementerian Transportasi.
Kementerian itu menambahkan, keterangan terkini mengenai perkembangan upaya penyelamatan akan disiarkan secara "tepat waktu, akurat, terbuka dan transparan".
Makin banyak orang telah dikerahkan untuk bergabung dalam upaya penyelamatan dan "kami tak boleh berhenti selama masih ada harapan", kata kementerian.
Rencana itu, menurut kementerian, meliputi pengidentifikasian kabin yang kemungkinan besar ada penyintas di dalamnya.
"Kami takkan melewatkan apa pun juga," katanya.
Ketika memimpin pertemuan dengan anggota tim kerja Dewan Negara yang mengawasi operasi pertolongan, Wakil Perdana Menteri Ma Kai mengatakan para ahli telah menyimpulkan "waktunya tepat" untuk menegakkan kapal tersebut.
Ia mendesak petugas pertolongan agar mengutamakan manusia dan melaksanakan operasi pertolongan dengan cara ilmiah, cepat dan teratur.
Juru bicara Kementerian Transportasi Xu Chengguang mengatakan pada Kamis malam bahwa alat pendeteksi yang digunakan dalam pencarian baru-baru ini telah gagal menemukan tanda kehidupan.
Xu menjelaskan pengangkatan dan penegakan badan kapal yang terbalik itu akan membantu menemukan orang yang hilang "dalam waktu sesingkat mungkin" dan "melindungi martabat korban yang tewas" sebanyak mungkin.
Lebih dari 450 orang berada di kapal Bintang Timur ketika kapal itu tenggelam pada Senin malam (1/6), setelah diterjang angin puting beliung di Jianli, Provinsi Hubei.
Kecelakaan tersebut dapat menjadi kecelakaan kapal paling mematikan di Tiongkok dalam hampir tujuh dasawarsa, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Uu.C003)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015