Mekkah (ANTARA News) - Para jemaah calon haji tidak perlu khawatir dan berdesakan saat melontar Jumrah, karena kondisi Jamarat (tempat melempar batu) sudah semakin luas dan tugunya juga tinggi, demikian informasi dari Media Center Haji Depag, Selasa. Menurut Media Center Haji, meskipun yang selesai terbangun baru dua dari lima lantai yang direncanakan, tetapi jemaah sudah tidak perlu lagi berdesakan saat melontar Jumrah, sistem di Jamarat sudah jauh lebih baik dibanding tahun-tahun sebelumnya."Tempatnya luas. Tugunya lebar dan tinggi. Tidak perlu takut lagi dengan cerita tentang kejadian yang menimpa jemaah haji tahun-tahun lalu," kata pasangan suami istri jemaah Indonesia seusai melempar tugu bersama MCH di hari tasyrik pertama. Saat menjejakkan kaki di areal Jamarat sudah terasa kemegahannya. Jika mau jumrah di lantai satu pintu masuk dari areal perkemahan menggunakan jalan sistem dua arah yang dipagar dengan kawat beton. Dengan jalan layang beton selebar 15 meter di sisi kanan dan kiri, jemaah tidak perlu berebut naik ke lantai satu. Begitu juga jemaah yang akan jumrah di lantai dasar. Areal depan atau masuk ke Jamarat sangat lebar, sekitar 200 meter yang akan menyempit sekitar 100 meter menjelang di sekitar tugu. Selain itu, di areal bawah ratusan polisi dengan ribuan separator lalu lintas mengatur lalu-lalang jemaah yang pergi dan pulang melempar. Begitu sampai di areal Jumrah, tiga tugu berbentuk elips selebar sekitar 30 meter berdiri megah setinggi 10 meter. Di lantai dasar atau di lantai satu, dinding tugu terbuat dari cetakan batu yang dibeton. Tapi, lebarnya tugu itu belum dimanfaatkan secara maksimal oleh para jemaah. Mereka hanya melempar statis di satu tempat. Karena jemaah statis, ayunan tangan jemaah di belakang terkadang mengenai kepala atau pundak jemaah yang ada di depannya. Seharusnya melempar tujuh kerikil itu bisa dilakukan sambil berjalan menuju ke arah keluar Jamarat. Tidak perlu khawatir lemparan tidak mengenai sasaran sebab bangunanya tinggi dan lebar. Jemaah haji juga tidak perlu takut terkena lemparan dari jemaah yang berseberangan karena batunya pasti terbentur tugu yang menjadi simbol setan itu.(*)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007