Masyarakat yang ingin melakukan perjalanan menggunakan kendaraan pribadi bisa menelusuri jalur selatan Pulau Jawa, khususnya rute Surabaya menuju Daerah Istimewa Yogyakarta sejauh 339 kilometer, yang kondisinya cukup mulus dan memiliki pemandangan menarik.
Perjalanan dari Surabaya menuju Yogyakarta bila dalam kondisi normal dapat ditempuh sekitar tujuh hingga delapan jam.
Namun demikian pengendara harus tetap mewaspadai selama mengendarai kendaraan karena pada pagi hingga siang hari, jalur tersebut cukup ramai terutama oleh kendaraan roda dua, bus dan truk.
"Jalur tersebut memang mulus dan favorit bagi pengendara bis dan truk. Satu hari saya bisa dua kali mengendarai bis Surabaya-Yogyakarta pergi-pulang tentunya gantian dengan supir cadangan," kata Sutrisno, seorang pengemudi bus.
Dikatakan pada saat bukan liburan jalur tersebut ramai pada saat pagi dan siang hari, karena saat ini banyak anak-anak sekolah pergi dan pulang sekolah. Namun pada saat arus mudik dan balik, jalur tersebut cukup padat sehingga jarak tempuh kedua kota tersebut bisa lebih lama lagi.
Kondisi jalan dari Surabaya menuju Yogyakarta cukup baik dan mulus sekalipun ada sejumlah titik yang kondisinya bergelombang dan berlubang.
Dari Surabaya menuju Mojokerto, lalu ke Jombang, Nganjuk dan Caruban, Jawa Timur, kondisi jalan sangat mulus dan lurus meskipun sejumlah persimpangan masih ditemui.
Dari Caruban, pengemudi bisa memilih dua jalur menuju Yogyakarta. Pertama menuju Ngawi, Sragen, Solo, untuk menuju Yogyakarta. Kondisi jalan tersebut lurus saja dan baik.
Pilihan kedua pengemudi dari Caruban bisa memilih jalur Madiun, Magetan, Sarangan, Cemorosewu, Karanganyar, Solo lalu ke Yogyakarta.
Untuk pilihan kedua ini, kondisi jalan juga mulus namun di Sarangan dan Cemorosewu pengemudi harus ekstra hati-hati karena jalur tersebut menanjak-menurun serta berliku-liku sehingga kendaraan harus dalam kondisi baik.
Jika dilihat dari pemandangan, jalur alternatif pertama hanya bisa melihat sawah. namun untuk pilihan kedua, masyarakat bisa menikmati keindahan alam yang sangat indah, seperti hutan cemara dan udara dingin walaupun pada siang hari.
Selama perjalanan dari Surabaya menuju Yogyakarta, nyaris tidak ditemui ada perbaikan jalan atau jembatan sehingga pada saat arus mudik dan balik tahun ini diharapkan sudah siap untuk dilalui.
Sebagai masukan, di hutan Saradan antara Nganjuk dan Madiun, pengemudi harus bersabar saat beriringan di belakang truk atau bus.
Sekalipun jalan tersebut yang di sisi kanan dan kiri dirindangi pohon jati dalam kondisi lurus dan mulus, namun pengemudi tak bisa seenaknya mendahului kendaraan di depan karena ada garis pembatas tak terputus yang memisahkan jalur sebaliknya.
Jalur pembatas tak terputus menandakan kendaraan tak bisa mendahului walau dari arah berlawanan tak ada kendaraan.
Jika pengemudi nekad mendahului dan melintas garis tak terputus, sejumlah polisi siap menilang pengemudi karena dianggap melanggar ketentuan lalu lintas.
Hal yang perlu diwaspadai pengemudi adalah di jalur Ngawi, Matingan menuju Sragen sejauh 52 kilometer mengingat jalur tersebut mulus dan lurus.
Bagi sejumlah pengemudi yang selalu melalui jalan itu, jalur tersebut disebut jalur "tengkorak" karena sering terjadi kecelakaan yang merenggut korban jiwa.
"Jalan tersebut memang sangat mulus dan lurus sehingga banyak pengemudi yang memacu kendaraan dengan cepat. Kondisi tersebut malah membuat kita tidak waspada sehingga terjadi kecelakaan," kata pengemudi bus Slamet Mulyo yang mengendarai rute Solo-Ngawi pergi pulang.
Dia mengatakan, hampir setiap bulan selalu saja ada kecelakaan yang merenggut korban jiwa di jalur tersebut sehingga pengemudi harus hati-hati.
"Rata-rata kecelakaan terjadi akibat supir ngantuk karena lelah mengemudi. Jadi sebaiknya kalau lelah bisa istirahat di stasiun pengisian bahan bakar umum atau SPBU yang banyak di jalur itu," tambahnya.
Obyek wisata
Keasyikan pengendara yang melalui jalur selatan Pulau Jawa tersebut adalah di kawasan itu memiliki banyak obyek wisata juga kuliner yang patut dicicipi.
Di Mojokerto, Jawa Timur, misalnya di Trowulan terdapat situs peninggalan kerajaan Majapahit. Di situ pengunjung bisa mempelajari dan mengetahui kebesaran kerajaan Majapahit serta melihat situs-situs kerajaan besar di Jawa itu seperti arca, rumah penduduk jaman Majapahit hingga sejumlah candi.
Masih di Mojokerto, di jalur menuju Jombang terdapat warung rujak cingur Asmuni yang bisa menghilangkan rasa kangen bagi yang gemar makanan khas Jawa Timur tersebut.
Perjalanan dilanjutkan menuju Madiun dan terdapat banyak warung makan khas kota tersebut yaitu pecel madiun dengan harga bervariasi antara Rp15.000 hingga Rp25.000 per porsi.
Di Sarangan, masyarakat bisa menikmati keindahan alam dari lereng Gunung Lawu dan di situ ada Danau Sarangan yang memiliki keindahan alam yang menakjubkan.
Sementara di Tawangmangu, ada air terjun Grojogan Sewu yang ramai dikunjungi saat musim liburan sekolah.
Masyarakat yang ingin menikmati udara dingin dan keindahan di Sarangan dan Tawangmangu, bisa menginap di situ. Ada banyak penginapan di kawasan itu.
Sementara di Solo, ada makanan khas kota itu yakni selad dan nasi liwet. Banyak retoran di kota itu yang menjajakan makanan khas tersebut juga dengan harga yang bervariasi.
Di kota itu ada Istana Kasunanan dan Museum Batik Danar Hadi, di Jalan Slamet Riyadi, yang bisa dikunjungi masyarakat untuk menambah wawasan mengenai silsilah kerajaan Surakarta dan proses pembuatan serta sejarah batik.
Perjalanan dilanjutkan menuju Yogyakarta. Sebelum masuk kota Gudeg tersebut, masyarakat bisa mampir terlebih dahulu di Candi Prambanan.
Di candi yang masuk dalam situs warisan dunia UNESCO tersebut, masyarakat bisa menyaksikan arsitektur Hindu bangunan berbentuk kerucut setinggi 47 meter.
Sebagai salah satu candi termegah di Asia Tenggara, Candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara.
Oleh Ahmad Wijaya
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015