New York (ANTARA News) - Lebih dari satu juta orang diperkirakan harus mengungsi di dalam negeri mereka sejak pertengahan Maret akibat konflik di Yaman, kata juru bicara Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Rabu (3/6).

"Jumlah orang yang kehilangan tempat tinggal tampaknya akan bertambah saat kami mendapat akses ke daerah-daerah baru," kata juru bicara PBB Stephane Dujarric mengutip Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA).

Separuh orang yang kehilangan tempat tinggal berada di bagian barat-laut negeri tersebut di Gubernuran Hajjah dan Gunernuran Adh-Dhale'e di Yaman Selatan, ia menambahkan.

Dewan Keamanan PBB pada Selasa (2/6) menyampaikan keprihatinan yang mendalam mengenai "situasi menyedihkan" di Yaman dan mendesak para pemangku kepentingan di negeri itu sesegera mungkin melibatkan diri dalam konsultasi politik yang diperantarai PBB.

Dalam satu pernyataan yang disiarkan Selasa sore, Dewan Keamanan yang beranggotakan 15 negara kembali menegaskan seruannya kepada semua pihak di Yaman agar menghadiri perundingan dan terlibat "tanpa prasyarat dan dengan iktikad baik".

Dewan Keamanan menyeru mereka menyelesaikan perbedaan melalui dialog dan konsultasi, menolak aksi kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuan politik, dan menahan diri dari provokasi serta semua perbuatan sepihak yang bisa merusak peralihan politik.

Dewan Keamanan menyampaikan kekecewaan mendalam karena konsultasi dukungan PBB yang sebelumnya dijadwalkan berlangsung di Jenewa pada 28 Mei tak jadi dilakukan.

Dewan tersebut juga menekankan dialog terbuka yang melibatkan banyak pihak harus menjadi proses yang dipimpin oleh orang Yaman dan mendesak semua pihak "melanjutkan dan mempercepat" proses itu dengan keinginan menengahi "penyelesaian politik berdasarkan konsensus".

Ketegangan keamanan dan politik yang berlangsung makin menambah parah krisis kemanusiaan dan kekurangan pangan di Yaman dengan 12,5 juta orang rentan rawan pangan di negeri itu, dua juta lebih banyak dibandingkan dengan ketika pertempuran meletus.

Program Pangan Dunia (World Food Programme/WFP) ingin menyediakan bantuan pangan darurat bagi 2,5 juta orang, dan, dari Agustus, lembaga tersebut berencana meningkatkan jumlahnya agar bisa mencapai 12 juta orang sampai akhir tahun ini, demikian seperti dilansir kantor berita Xinhua. (Uu.C003)


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015