Jakarta (ANTARA News) - "Jika kita bisa mendeteksi gempa ini lebih awal maka akan banyak nyawa yang bisa diselamatkan," kata Dr.Lawrence Hayes seorang ilmuwan yang mengabdikan hidupnya untuk meneliti tentang deteksi dini gempa bumi.
Dr. Lawrence Hayes diperankan oleh Paul Giamatti, dalam peran tersebut ia berjuang keras mengingatkan masyarakat tentang adanya ancaman gempa bumi di San Andreas, Amerika Serikat, namun tidak ada yang percaya, hingga akhirnya prediksi tersebut benar terjadi.
Film "San Andreas" merupakan kisah film fiksi ilmiah tentang ancaman gempa bumi tektonik. Namun bukan Paul Giamatti tokoh utamanya, Dwayne The Rock Johnson atau Chief Raymond Ray Gaines nama peran dalam film tersebut.
Diceritakan, Ray merupakan sosok ayah dari Blake Gaines yang diperankan oleh Alexandra Daddario. Ia bekerja sebagai petugas penyelamat layaknya Tim SAR.
Sepanjang film penonton tidak akan disuguhkan oleh aksi The Rock melawan beberapa musuh dengan otot kekarnya serta kemampuan bela diri seperti biasanya, namun akting The Rock akan berkutat pada aksi heroik-nya berusaha menyelamatkan keluarganya dari gempa tektonik sebesar 9,6 skala richter yang dikisahkan sebagai gempa tektonik terbesar sepanjang sejarah.
Ray yang berprofesi sebagai pilot helikopter regu penyelamat harus berjuang menyelamatkan istrinya yang dalam film tersebut ternyata sedang berusaha menceraikannya. Istrinya, Emma Gaines yang diperankan oleh Carla Gugino.
Selain menyelamatkan Emma, Ray juga harus berputar melawan arah untuk menyelamatkan putrinya yang berada di pusat kota.
Film San Andreas sendiri dibuat oleh Brad Peyton, sutradara juga dari film Journey 2: The Mysterious Island yang dibintangi oleh The Rock juga.
Film ini diangkat dari fakta mengenai Patahan San Andreas. Patahan tersebut memiliki panjang 1.300 km yang membentang di California, Amerika Serikat. Patahan ini membentuk batas tektonik antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Patahan San Andreas ditemukan pertama kali di California Utara oleh seorang profesor geologi Berkeley Andrew Lawson tahun 1895. Setelah gempa bumi San Francisco 1906, Lawson menemukan bahwa Patahan San Andreas membentang hingga ke California Selatan.
Sepanjang film penonton akan disuguhkan adegan menegangkan tentang orang-orang yang menghindari reruntuhan gedung. Gempa-gempa susulan menambah suasana lebih menegangkan karena banyak adegan tak terduga dengan suara gemuruh yang kencang.
Visualisasi gempa terlihat nyata dengan, teknik pengambilan gambar perspektif burung, tanah terlihat bergoyang hebat menunjukkan betapa dahsyatnya 9,6 skala richter. Kemudian gedung pencakar langit juga seakan limbung tak berdaya manahan goncangan tanah.
Malangnya, putri Ray, Blake Gaines terjebak di basement gedung pencakar langit tersebut. "Regu penyelamat tidak akan menuju ke basement, sementara orang-orang dipermukaan banyak yang terluka," kata Ray ketika berusaha mencari putrinya setelah tahu posisi, anaknya berada di basement salah satu gedung.
Rentetan peristiwa terus terjadi, setelah berhasil membawa istrinya, perjuangan Ray semakin sulit ketika mengetahui helikopternya mengalami masalah dan harus mendarat darurat di tengah kota dengan menjatuhkan diri.
Setelah itu Ray mencari Blake melalui jalur darat. Namun, seperti adegan khas Hollywood, adegan penyelamatan tidak akan terlihat mudah, dan harus melalui beberapa rintangan untuk menunjukkan keahlian spesial dari tokoh utama.
Ray harus dipaksa memutar jalur sepanjang 110 km, karena terhalang oleh patahan San Andreas yang terlihat menganga dan semakin melebar menuju pusat kota.
Tidak kehilangan akal, Ray secara tidak sengaja bertemu dengan seorang pilot lokal senior yang memiliki pesawat perintis khusus sekolah penerjun payung.
Maka ia menukar mobilnya dengan pesawat tersebut, di tengah perjalanan lagi-lagi petaka muncul, bandara di tengah kota rusak parah dan tidak bisa digunakan untuk pendaratan, padahal bandara tersebut memiliki lokasi yang tidak jauh dari tempat putrinya berada.
Naluri seorang ayah Rey menuntut untuk berusaha semaksimal mungkin dengan segala cara, akhirnya ia memilih terjun menggunakan parasut dari pesawat tersebut, walau hanya dengan satu parasut.
Tidak cukup dengan gempa, karena posisi San Andreas dekat dengan laut maka telah memicu potensi tsunami. Benar saja, pengetahuan Ray sebagai regu penyelamat membuat nalurinya bergerak lebih dulu memutar speed boatnya ketika mengetahui air laut mulai surut secara drastis.
Ia bergegas menuju arah berlawanan dari tsunami sebelum gelombang pasang mencapai puncaknya. Kapal pembawa peti kemas besi pun ikut terseret menuju tengah kota.
Peran Ilmuwan dan Media
Agar terlihat sebagai film aksi fiksi ilmiah tentang bencana alam, maka peran dari ilmuwan dimunculkan sebagai penjelas dari kronologis bencana tersebut.
Dr.Lawrence akhirnya menemukan kebenaran dari teorinya antara keterkaitan gelombang medan magnet bumi dan gerakan patahan bumi adalah saling berkaitan. Dengan adanya penemuan teori tersebut, ia berhasil memprediksi akan datangnya gempa susulan dan juga titik terparah yang akan dilalui oleh gelombang gempa.
Setelah sekian lama ia tidak dipercaya dan selalu diremehkan ahli geologi lainnya, Lawrence mengajak media lokal untuk menyiarkan penemuannya tersebut, serta berusaha memperingatkan wilayah mana saja yang akan diguncang gempa hebat.
Melalui siaran televisi dengan reporter lokal yang kebetulan berada di kantor untuk wawancara dengan Lawrence, ia menyebarluaskan informasi tersebut.
Ia berusaha untuk mengurangi jumlah korban yang muncul dengan memberi peringatan evakuasi dini kepada masyarakat luas.
Film ini seolah mengingatkan kepada masyarakat bahwa bencana alam tidak bisa dihindari, namun bisa dilakukan penelitian untuk pencegahan dini. Walau pun hingga sekarang belum ada alat atau teknologi yang bisa memprediksi secara pasti kapan gempa bumi tektonik akan muncul dan wilayah mana saja yang terkena dampaknya.
Audio visual dari film ini mampu membuat penonton terkejut akan adegan yang tidak terduga dari sebuah gempa. Usaha penyelamatan juga terlihat nyata dengan keadaan yang diburu oleh waktu penyelamatan dan runtuhnya gedung yang hampir bersamaan.
Sepanjang 114 menit durasi film, penonton akan disuguhakan drama dan aksi penyelamatan, serta digambarkan berbagai karakter naluri bertahan hidup orang-orang dalam menghadapi bencana yang berpotensi menghilangkan nyawanya.
Oleh afut syafril
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015