Jakarta (ANTARA News) - Anggota direksi federasi sepak bola Inggris (FA) Heather Rabbatts mundur dari keanggotaan gugus tugas antidiskriminasi FIFA, sedangkan pada saat bersamaan parlemen Inggris mencapai konsensus untuk mengatakan keterpilihan kembali Sepp Blatter sebagai Presiden FIFA adalah hari kelam bagi sepak bola.
Keputusan Rabbatts ini terjadi setelah David Gill, wakil ketua FA, menolak duduk pada Komite Eksekutif FIFA.
Rabbatts telah menyampaikan surat pengunduran diri kepada Sekjen FIFA Jerome Valcke, namun tadinya dia akan mengalamatkan surat pengunduran diri itu kepada ketua gugus tugas Jeffrey Webb yang menjadi salah seorang dari tujuh pembesar FIFA yang ditangkap pekan lalu oleh polisi Swiss dengan sangkaan korupsi.
Rabbatts menulis, "Ini bukan keputusan yang mudah karena saya yakin tantangan yang dihadapi FIFA berkaitan dengan masalah rasial dan diskriminasi adalah sangat besar, khususnya dalam hubungannya dengan Piala Dunia FIFA 2018 di Rusia. Namun keinginan saya untuk ambil bagian dalam pengembangan kebijakan di bidang ini menjadi lebih berat karena dampak negatif reputasi FIFA akibat sejumlah peristiwa belakangan ini."
Tidak hanya Rabbatts, kepala medis FIFA dan anggota Komite Eksekutif, Michel D’Hooghe, juga mengaku tengah mempertimbangkan lagi posisinya setelah Blatter.
Pria Belgia ini berkata, "Jika Anda memiliki bisul, maka Anda harus menghilangkannya."
Pengacara asal Selandia Baru di FIFA, Nicholas Davidson, juga mengungkapkan keprihatinan mendalam dan frustasinya semasa berada di komisi etik FIFA.
Komisi Etik FIFA sendiri telah melarang Enrique Sanz, Sekretaris Jenderal Concacaf, dan dua pejabat asal Kongo, melakukan kegiatan apa pun yang berkaitan dengan sepak bola. Namun itu tak memadamkan amarah kepada FIFA yang justru semakin meluas.
UEFA yang dipimpin Michel Platini kabarnya ingin memboikot Piala Dunia mendatang di Rusia demi mendongkel Blatter, namun pada pemilihan presiden FIFA lalu 10 anggotanya malah memilih Blatter dan tiga lainnya abstain.
Platini akan bertemu dengan para kolega UEFA-nya sebelum final Liga Champions di Berlin Sabtu pekan ini.
Boikot penuh Piala Dunia menjadi opsi, namun UEFA akan sulit mencapai konsensus, apalagi Presiden FA Jerman, Wolfgang Niersbach, jauh-jauh hari menyatakan menentang boikot Piala Dunia.
Sementara itu, Conmebol, konfederasi sepak bola Amerika Selatan, juga terpecah sikapnya, dengan beberapa di antaranya seperti Argentina, Chile dan beberapa negara berjanji ambil bagian dalam Piala Dunia "versi" UEFA, demikian The Guardian.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015