Jalalabad, Afghanistan (ANTARA News) - Tiga anggota Taliban tewas dan 19 orang cedera setelah gerilyawan menyerang satu pos polisi di Kota Jalalabad, Ibu Kota Provinsi Nangarhar di Afghanistan Timur, Minggu malam (31/5), kata satu sumber resmi pada Senin.
Sejumlah gerilyawan bersenjata menyerbu Kantor Pasukan Polisi Reaksi Cepat sekitar pukul 23.10 waktu setempat.
"Bentrokan dan baku tembak berakhir pada Senin dini hari. Tiga gerilyawan tewas dan 19 orang lagi cedera," kata sumber tersebut kepada Xinhua.
Orang yang cedera dibawa ke satu rumah sakit. Sembilan personel polisi dan lima anak kecil termasuk di antara orang yang cedera.
Serangan itu terjadi di dekat Kantor Polisi Provinsi di kota tersebut, 120 kilometer di sebelah timur Ibu Kota Afghanistan, Kabul, kata sumber itu.
Kelompok Taliban mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Aksi perlawanan pimpinan Taliban telah tersebar luas sejak 24 April, ketika kelompok gerilyawan itu melancarkan serangan musim semi tahunan di berbagai tempat di Afghanistan --yang dirundung pertempuran, yang telah merenggut ratusan nyawa termasuk gerilyawan, personel keamanan, dan warga sipil.
Taliban belum lama ini hampir merebut Kota Kunduz, dalam ancaman yang paling mengkhawatirkan terhadap ibu kota provinsi mana pun sejak serbuan pimpinan AS 2001 ke Afghanistan, sementara aksi perlawanan meluas ke arah utara dari kubu lamanya di Afghanistan Selatan.
Sementara pasukan Afghanistan menderita banyak korban jiwa saat tentara asing ditarik, Kabul kian mengandalkan anggota bekas orang kuat mujahidin untuk menghadapi gerilyawan. Tindakan tersebut dipandang oleh sebagian pengamat sebagai tindakan "melawan api dengan api".
Kabul telah membantah pemerintah mempersenjatai anggota milisi, tapi "Pakshaparan" --julukan di medan tempur buat seorang pemimpin mujahidin yang bernama Mohammed Omar-- mengaku ia menerima amunisi dari pemerintah.
Mohammed Omar "Pakhsaparan" adalah mantan mujahidin yang memiliki hubungan dengan Partai Dawat-e-Islami, yang dipimpin oleh Abdul Rabb Rasul Sayyaf. Ia menguasai sebagian besar Daerah Aqtash. Mohammed Omar memiliki banyak musuh dan pesaing di kabupaten itu. Pesaing utamanya adalah gerilyawan Tajik Mir Alam, salah seorang komandan yang paling berpengaruh di provinsi tersebut dan berasal dari Jamiat-e-Islami.
Mohammed Omar dijuluki "Pakhsaparan" (penghancur tembok) karena ia digembar-gemborkan "memiliki kemampuan untuk meratakan tembok".
(Uu.C003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015