Jumlah gaji yang diminta menyamai pendapatan pegawai di negara ini dan itu tidak masuk akalKuala Lumpur (ANTARA News) - Rencana Pemerintah Indonesia meminta kenaikan gaji pekerja rumah tangga yang bekerja di Malaysia dari 800 ringgit menjadi 1.200 ringgit per bulan dinilai tidak layak dan terlalu mendadak, selain tidak sepadan dengan kualitas kerja mereka.
Presiden Persatuan Majikan Amah Malaysia (MAMA) Engku Ahmad Fauzi Engku Muhsein mengatakan menolak rencana kenaikan gaji itu karena tidak sepadan dengan kualitas kerja pekerja rumah asal Indonesia.
"Kualitas dan kemahiran pembantu rumah yang dikirim ke Malaysia masih rendah dan jauh berbeda jika dibandingkan dengan pekerja yang dikirim ke negara lain seperti Arab Saudi, Jepang atau Hongkong," katanya seperti dikutip media lokal di Kuala Lumpur, Senin.
Ia menilai gaji saat ini antara 500-800 ringgit sudah mencukupi karena semua kebutuhan termasuk biaya pengobatan disediakan pihak majikan, selain biaya hidup di Malaysia yang lebih rendah.
Pemerintah, lanjut dia, perlu meneliti sebaik mungkin rencana itu karena kenaikan yang diminta agak tinggi dan tidak mampu ditanggung majikan yang rata-rata berpendapatan sederhana.
"Jumlah gaji yang diminta menyamai pendapatan pegawai di negara ini dan itu tidak masuk akal," katanya.
Hal senada disampaikan Presiden Persatuan Agensi Pekerja Asing Malaysia (PAPA), Jeffrey Foo, yang mengatakan bahwa pembantu rumah asal Indonesia tidak memiliki kemahiran dasar serta ada yang melarikan diri ketika bekerja.
"Mereka (Indonesia) seharusnya memperbaiki sistem latihan sebelum mengirim pekerja mereka ke negara ini. Selain itu pastikan kasus pembantu rumah lari ketika bekerja tidak berulang jika mau gaji tinggi," katanya.
Pewarta: N. Aulia Badar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015