Bangkok (ANTARA News) - Pemerintahan asing mendesak warga negara mereka di Bangkok untuk tinggal di dalam rumah setelah serangkaian ledakan bom malam tahun baru yang mengakibatkan tiga warga Thailand meninggal dan melukai sembilan warga asing. "Ada kemungkinan serangan lebih lanjut di beberapa hari mendatang. Warga Australia didesak untuk menghindari perjalanan yang tidak mendesak ke Bangkok," Kedutaan Besar Australia mengatakan itu dalam situsnya (www.austembassy.or.th/). Tidak seorangpun mengaku bertanggungjawab terhadap bom itu, yang melukai 38 orang. Namun, pemerintah yang ditetapkan setelah kudeta 19 September atas Perdana Menteri yang digulingkan Thaksin Shinawatra mengatakan pada Senin bahwa intelejen menunjuk kepada politisi yang kehilangan kekuasaan. "Ada situasi politik yang tidak menentu menyusul pengambilalihan pemerintahan oleh pihak militer," kata Kedutaan Besar Australia, menyebut bahwa hukum darurat masih tersisa di sebagian Thailand, termasuk Bangkok. "Anda harus menghindari unjuk rasa, perkumpulan politik dan kumpulan dari personil militer," katanya. Serangan itu terjadi di puncak musim wisatawan, namun belum ada laporan pembatalan kunjungan perjalanan ke salah satu negara tujuan liburan utama itu dimana pemberlakuan hukum dalam keadaan darurat diperingan. Pantai-pantai Thailand dan ibukota yang sibuk menarik sekitar 12 juta wisatawan setiap tahun dan menyumbangkan sekitar 6 persen dari pendapatan dalam negeri negara itu. Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Inggris di Bangkok juga mendesak warga negara mereka untuk menghindari semua pertemuan di tempat umum dan tetap ekstra waspada jika melakukan perjalanan di dalam dan di sekitar ibukota. "Ada kemungkinan terjadinya serangan lebih lanjut dalam beberapa hari mendatang. Warga negara Inggris disarankan untuk tidak melakukan perjalanan ke Bangkok jika tidak betul-betul penting, hingga pemberitahuan lebih lanjut," kata Kedutaan Besar itu dalam situsnya (www.britishembassy.go.uk), demikian Reuters.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007