Jakarta (ANTARA News) - Sebelum mengikat janji pernikahan, ada banyak hal yang harus dipersiapkan, salah satunya cincin kawin. Berikut adalah beberapa hal yang dapat dipertimbangkan para calon pengantin agar urusan memilih cincin kawin tidak menghambat persiapan pernikahan.
Menurut Tanya Alissia, General Manager Marketing Communication PT Central Mega Kencana yang membawahi merek perhiasan seperti The Palace, Mondial Jeweler, Frank & co., dan Miss Mondial, pasangan sebaiknya membeli cincin kawin sejak jauh-jauh hari, setidaknya enam bulan sebelum hari-H.
Ini merupakan langkah antisipasi bila cincin yang diinginkan harus disesuaikan dengan ukuran jari, baik itu dibesarkan maupun dikecilkan.
"Banyak orang beli mepet, padahal toko perhiasan butuh 45 hari kerja untuk membuat yang baru," ujar Tanya.
Selain itu, Tanya mengatakan pasangan harus mempertimbangkan desain yang terlihat bagus di jari mempelai perempuan dan laki-laki.
Ada cincin yang terlihat indah saat dipakai perempuan, namun terlihat terlalu feminin untuk sang pria.
Profesi pengantin pun menjadi pertimbangan memilih desain cincin kawin. Pekerjaan di lapangan, misalnya insinyur di area pengeboran minyak, sebaiknya memilih desain sederhana yang kokoh.
Bila memakai batu permata, pilihlah desain di mana batu itu ditanam di dalam sehingga melekat kuat.
Material cincin pun harus dipertimbangkan, apakah pengantin ingin memakai berlian atau tidak, warna emas seperti apa yang diinginkan. Semuanya disesuaikan dengan selera calon pengantin.
"Emas kuning, putih, rose gold atau perpaduannya?" imbuh Tanya.
Dana juga penting untuk diperhatikan. Menurut Tanya, rata-rata pengantin mempersiapkan dana sebesar Rp15 juta hingga Rp20 juta untuk sepasang cincin kawin.
Bagi Satwika yang akan menikah dalam waktu dekat, pertimbangan sebelum membeli cincin kawin adalah mengenai bahan, desain yang disepakati bersama pasangan dan kadar emas.
"Saya pikir tidak usah yang terlalu mahal, yang penting modelnya cocok, terus sudah cukup pas kadarnya," ujar perempuan yang menyediakan dana Rp5 juta untuk cincin kawin.
Sementara itu, Syarifah Nur memilih cincin kawin yang memiliki garansi seumur hidup sehingga perhiasan itu juga dapat dicuci secara cuma-cuma tanpa dibatasi waktu.
"Penting juga yang menyanggupi untuk diperkecil atau diperbesar," ujar perempuan yang menyediakan dana Rp15 juta untuk sepasang cincin kawin.
Menurut kepercayaan agamanya, pria tidak boleh memakai emas sehingga sang suami memilih cincin berbahan perak.
Persiapan pernikahannya terbilang kilat sehingga waktu untuk membeli cincin kawin pun terbatas.
"Tiga hari sebelum hari-H baru jadi," imbuh dia.
Mohammad Erlangga tidak terlalu memusingkan soal cincin kawin. Dengan dana Rp5 juta dan prinsip cincin berbahan selain emas untuk pria, dia mencari model cincin yang warnanya sama dengan istri sekitar dua bulan sebelum hari pernikahan. Namun, karena tidak mengerti sama sekali soal cincin, hasil akhirnya kurang memuaskan karena terlalu besar.
"Saya bikin kegedean total 10 gram, harusnya bisa lebih kecil," imbuh dia.
Berbeda lagi dengan Rikha Khulafaurus yang membeli cincin kawin hanya untuk dirinya sendiri. Sang suami memang sejak awal menegaskan tidak mau memakai cincin.
"Dia orangnya ceroboh, jadi lebih baik nggak usah pake cincin daripada hilang. Mengandalkan rasa percaya saja," jelas Rikha yang mempersiapkan dana sekitar satu juta rupiah.
Sementara itu, Attyka menganggap cincin kawin hanyalah formalitas semata sehingga dia mengalokasikan dana seminim mungkin. Soal desain, Attyka memilih yang sudah ada di toko.
"Cincin dipersiapkan 4-5 minggu sebelum hari H karena aku kan cuma punya 7 minggu total untuk persiapan," jelas dia.
Dara Fitriana memiliki siasat untuk membeli cincin kawin dengan dana terbatas, yakni memastikan harga emas sedang turun dan tidak menambah komponen lain seperti berlian yang menambah harga cincin.
"Harga 1 gram emas tergantung dari inflasi. Biasanya kalau dollar lagi naik, otomatis harga 1 gram emas juga naik," imbuh perempuan yang baru menikah awal tahun ini.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015