Jakarta (ANTARA News) - Penulis Andrea Hirata membutuhkan waktu enam tahun untuk menyelesaikan novel karya terbarunya, "Ayah".

Alasannya, waktu Andrea Hirata banyak tersita oleh proses pengalih bahasaan novel Laskar Pelangi ke berbagai bahasa. Hingga saat ini saja, novel Laskar Pelangi sudah diterjemahkan hingga 34 bahasa.

"Ini adalah novel yang penyelesainnya paling lama, enam tahun. Tertunda terus penyelesaiannya karena proses penerjemahan ke 34 bahasa itu. Jadi setiap kali mau nulis masih harus komunikasi dengan penerjemah," kata Andrea Hirata dalam peluncuran buku "Ayah" di Gramedia Matraman, Jakarta Pusat, Jumat.

Selain itu, Andrea Hirata membutuhkan banyak waktu untuk melakukan proses riset untuk novel teranyarnya itu.

"Biasanya saya menulis hanya dalam waktu hitungan minggu. Bukan karena saya pintar menulis tapi karena sistem bekerja saya begitu, kebanyakan risetnya. Tapi memang setiap menulis buku saya sering banyak menghabiskan waktu untuk riset. Waktu itu habis 90 persen untuk riset dan 10 persen untuk menulis," katanya.

Dalam menulis novel tersebut, Andrea mengatakan dirinya melakukan riset yang cukup ilmiah dengan menggunakan metode yang sama yang biasa digunakan dalam membuat corporate culture.

"Saya harus mengadaptasi jawaban-jawaban dalam kuisioner semacam untuk penelitian corporate culture itu selama setahun. Lalu setelah ketemu skala-skala dalam hipotesa. Jadi di balik novel yang Anda baca sambil ketawa-ketawa di toilet itu nantinya, itu saya pusing," katanya.

Andrea menambahkan, novel "Ayah" adalah novel pertama yang bukan novel otobiografi. "Ini bukan tentang Ikal. Penuturnya bukan aku. Untuk pertama kalinya tokoh dalam novel saya banyak sekali dan settingnya luas di seluruh Sumatera tapi basisnya di Belitung."Novel "Ayah", menurut Andrea, bercerita tentang kisah yang sederhana, hubungan antara Ayah dan Anak. "Ayah ini adalah everyday conversation, kisah tentang orang-orang biasa. Tidak ada yang rumit di sini. Saya pakai menulis yang mudah dengan teknis yang gampang."NnnnSent from my iPhone

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015