Kewarganegaraan penumpang kapal tersebut belum jelas, lapor Reuters.
Kementerian Penerangan Myanmar menyebutkan para pendatang tersebut adalah "Bengali", istilah yang digunakan pemerintah untuk menyebut minoritas Muslim Rohingya serta imigran dari Bangladesh.
Myanmar dalam pertemuan membahas krisis migran Asia Tenggara, Jumat, bersikeras tidak mau disalahkan atas gelombang "manusia perahu", sementara Amerika Serikat mengatakan ribuan migran masih terkatung-katung di lautan dan perlu segera diselamatkan.
Lebih dari tiga ribu imigran telah mendarat di Indonesia dan Malaysia sejak Thailand melancarkan operasi terhadap kelompok penyelundup manusia awal Mei. Sekitar 2.500 orang diyakini masih terkatung-katung.
"Angkatan Laut Myanmar saat ini membawa kapal itu ke pangkalannya di Pulau Hainggyi," kata Tun Kyaw Kyaw, Wakil Direktur Jendral Divisi Ayeyarwady yang bertanggung jawab atas kawasan tempat markas AL itu berada.
Pulau itu juga berada di pantai selatan Myanmar, di dekat lokasi ditangkapnya kapal itu.
"Setelah mengirimkan orang-orang itu ke pulau, kami akan memeriksa mereka," kata Tun Kyaw Kyaw, dan menambahkan bahwa pemeriksaan itu perlu dilakukan untuk memastikan identitas mereka.
Foto-foto yang diunggah dalam akun Facebook Kementerian Penerangan menunjukkan sejumlah lelaki berjubel di dek depan kapal di bawah terik matahari, sementara petugas berseragam - salah satunya menenteng senjata - berdiri di atas.
Kaum perempuan tampak berkelompok di dalam kabin kapal.
Pihak AL menemukan kapal itu 30 mil laut di lepas pantai selatan Myanmar di Laut Andaman. Pemerintah mengatakan penumpang kapal terdiri atas 608 pria, 74 perempuan, dan 45 anak-anak.
(Uu.S022/T008)
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015