Tokyo (ANTARA News) - Film-film domestik untuk pertama kalinya dalam 20 tahun terakhir mengungguli Hollywood dalam perebutan puncak box office Jepang pada 2006, dengan kisah-kisah yang halus dan sentimental mengalihkan perhatian penonton dari film-film Hollywood. Asosiasi Produser Film Jepang memperkirakan pendapatan dari penjualan tiket dari film-film Jepang melampaui Hollywood untuk pertama kali sejak 1985, ketika film-film monster AS, seperti "Ghosbusters" dan "Gremlins", menyapu seluruh dunia. "Kami mengamati banyak film Jepang yang meraih pemasukan baik sekali pada tahun lalu, kata kritikis film Tadao Sato, seperti dilaporkan AFP. "Biasanya kami hanya mempunyai satu film laris sebentar saja, seperti film kartun garapan Hayao Miyazaki." Menurut asosiasi tersebut, 28 film Jepang mencetak pemasukan lebih dari satu miliar yen (8,42 juta dolar) dari penjualan karcis pada 2006, sementara hanya ada 21 film non-Jepang, semuanya dari Hollywood, yang mencapai level itu. "Banyak film Asia dan film independen yang bagus sekali dibandingkan dengan Hollywood dan biasanya film-film itu mengalami kesulitan untuk menarik banyak penonton," kata Sato. "Namun mereka telah membangun jaringan bioskop milik mereka sendiri untuk menarik minat para pecinta film." "Di samping itu, cara film-film Hollywood menarik penonton, seperti menyuguhkan adegan kekerasan, sudah kuno dan tak lagi menghibur orang." Masih cukup kuat Akan tetapi, kuku Hollywood masih cukup kuat mengcengkam Jepang, yang merupakan pasar film terbesar dunia setelah AS. "Harry Potter and the Goblet Fire," film serial terakhir petualangan bocah penyihir, masih merupakan penampil terbaik, dengan mengantongi pendapatan sebesar 11 milyar yen (92,5 juta dolar). Menyusul di belakang Harry Potter film Johnny Depp, "Pirates of the Caribbean: Dead Man`s Chest", dengan buku laris yang diangkat ke film "The Da Vinci Code" pada urutan ketiga. Film Laris Jepang "Gedo Senki", film debutan arahan Goro Miyazaki, putra legenda animasi Jepang Hayao Mizaki, berada di peringkat keempat. Diangkat dari kisah "Earthsea" karya Ursula Le Guin, yang diterbitkan sejak 1968 dan kemudian diperbandingkan dengan serial "Harry Potter" yang meledak tulisan JK Rowling, film kartun itu bertutur tentang seorang bocah yang menjadi bocah penyihir pula. (*)
Copyright © ANTARA 2007