Jakarta (ANTARA News) - Depot Pertamina yang mengalami krisis stok penyediaan bahan bakar minyak (BBM) selama tahun 2006 mencapai 377 lokasi atau rata-rata 1,03 kali per hari, kata Kepala Divisi BBM PT Pertamina, Djaelani Sutomo. Dari jumlah itu, tiga diantaranya mengalami kekurangan stok terparah yaitu Depot Sintang 40 kali, Pangkalan Bun 30 kali dan Kota Baru 25 kali, katanya dalam pemaparan kondisi distribusi BBM nasional kepada Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro dan Meneg BUMN Sugiharto saat keduanya meninjau kesiapan pasokan BBM di Pertamina Plumpang Jakarta Utara, Minggu malam. Djaelani mengatakan, ketiga depot BBM di Kalimantan tersebut mengalami krisis stok terparah akibat terjadinya pendangkalan sungai saat musim kemarau lalu sehingga menghambat transportasi sungai. "Akibatnya distribusi BBM dari terminal di Kota Baru, Kalimantan Selatan, ke depot-depot tersebut menjadi terhambat pula," katanya. Ia mengakui, kondisi kritis stok BBM memang sering terjadi selama periode Juni-Agustus 2006 dimana saat itu adalah puncak musim kemarau 2006 yang periodenya cukup panjang. Agar krisis BBM tidak terulang lagi di tahun depan, menurut Djaelani, Pertamina sudah menyiapkan beberapa upaya. Diantaranya menambah jumlah tanker penyimpanan BBM (floating storage) seperti yang ada di Kota Baru dan Camplong, Madura serta pembangunan terminal utama BBM di Balongan dan Cikampek. Dikatakan, adanya penambahan fasilitas penyediaan BBM tersebut membantu meningkatkan stok BBM nasional pada beberapa bulan terakhir. Hal itu terlihat dari kondisi stok BBM nasional yang cukup aman saat ini. Yakni pemium 913 ribu kilo liter (KL) untuk stok 18 hari, minyak tanah 843 ribu KL (29,8 hari) dan solar 1,9 juta KL (24,8 hari). Pertamina menargetkan pada tahun 2007 jumlah depot kritis dapat terus ditekan seminimal mungkin. "Diharapkan jumlah depot kritis pada tahun 2007 bisa ditekan hingga rata-rata hanya dua depot per bulan," kata Djaelani. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro saat peninjauan kesiapan pasokan BBM Depo Plumpang pada malam tahun baru 2007 itu meminta, Pertamina agar mempertahankan kondisi stok BBM nasional yang cukup baik saat ini. "Saya wanti-wanti betul ke Pertamina agar tahun 2007 tidak terjadi lagi kelangkaan BBM terutama minyak tanah dimana tahun 2006 justru terjadi di Jabotabek," katanya. Pemerintah akan terus mendukung upaya Pertamina untuk memperkuat cadangan dan penyaluran BBM bersubisidi, seperti target untuk menekan terjadinya krisis stok di depot-depot BBM, kata Purnomo. Menanggapi soal kelangkaan minyak tanah itu, Kepala Badan Pengatur Hilir (BPH) Migas, Tubagus Haryono mengatakan, saat ini tengah dilakukan sensus hingga ke daerah tingkat II (Dati II) untuk mengetahui kebutuhan riil BBM baik untuk rumah tangga maupun industri. Sementara itu, Meneg BUMN Sugiharto meminta Pertamina agar mengambil langkah revolusioner dengan mengubah sistem distribusi BBM nasional yang menggunakan pendekatan teknologi canggih. Usulan tersebut didasarkan pada belum adanya sistem terpadu di Pertamina yang bisa memonitor pergerakan kapal tanker maupun truk pengangkut BBM. Padahal dengan kemajuan bidang teknologi informasi (IT) dewasa ini, pergerakan transportasi BBM bisa dimonitor melalui Global Positioning System (GPS)."Dengan GPS maka tidak ada lagi truk-truk BBM yang `kencing` di jalan karena semua sudah termonitor," katanya. Dari pengalaman selama ini, menurut Sugiharto, penggunaan teknologi IT dan GPS dalam sistem angkutan BBM bisa menekan biaya 25-30 persen. Jika itu bisa diterapkan oleh Pertamina maka subsidi BBM dengan sedirinya bisa ditekan. Ia mengakui, untuk melakukan perubahan revolusioner memang tidak mudah. Namun Sugiharto yakin bahwa pendekatan teknologi dapat menghindari terjadinya konflik personal maupun jabatan. "Yang pasti di masa datang perubahan harus terus dilakukan Pertamina, terlebih dengan masuknya para pesaing global di bisnis hilir migas seperti Shell dan Petronas," katanya.(*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2007