Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia memproyeksikan rata-rata nilai tukar rupiah sepanjang 2015 akan mencapai Rp13.000-Rp13.200 per dolar AS, lebih tinggi dibandingkan asumsi dalam APBNP 2015 sebesar Rp12.500 per dolar AS.
Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan, proyeksi rupiah tersebut setelah mempertimbangkan pergerakan nilai tukar yang sampai pada 27 mei 2015 secara rata-rata mencapai Rp12.891 per dolar AS dan juga prospek neraca pembayaran Indonesia 2015 secara keseluruhan, serta masih tingginya dinamika di pasar keuangan global .
"Kami memperkirakan bahwa rata-rata nilai tukar pada 2015 akan berada pada kisaran Rp13.000 sampai Rp13.200 per dolar AS," ujar Agus saat rapat dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Kamis.
Agus menuturkan, nilai tukar rupiah mengalami tekanan pada triwulan pertama 2015 sejalan dengan penguatan dolar AS terhadap hampir semua mata uang. Rupiah secara rata-rata melemah sebesar 4,4 persen (qtq) ke level Rp12.807 per dolar AS
Penguatan dolar AS itu, lanjutnya, ditopang oleh ekonomi Amerika yang terus menunjukkan indikasi membaik dan kebijakan uang murah atau quantitative easing yang ditempuh oleh bank sentral Eropa
"Namun demikian rupiah kembali menguat pada April 2015 sejalan dengan koreksi dolar AS dan membaiknya persepsi risiko domestik," ujar Agus.
Rupiah secara rata-rata menguat 0,95 persen secara bulanan (mtm) ke level Rp12.994 per dolar AS dari Rp13.066 per dolar AS pada Maret 2015.
Koreksi dolar AS juga sejalan dengan hasil FOMC Fed Meeting padaa Maret yang dinilai lebih dovish.
Sementara itu, tutur Agus, perbaikan ekonomi domestik ditopang oleh membaiknya rilis data ekonomi Indonesia perihal neraca pembayaran dan inflasi serta langkah stabilisasi yang diambil Bank Indonesia untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah
"Pergerakan nilai tukar tersebut tidak terlepas dari perkembangan neraca pembayaran Indonesia yang mencatat surplus ditopang oleh menurunnya defisit transaksi berjalan," kata Agus.
Pada triwulan pertama 2015, defisit transaksi berjalan tercatat 3,85 miliar dolar AS atau 1,8 persen dari PDB lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 5,7 miliar dolar AS atau 2,6 persen dari PDB.
Angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan dari triwulan sebelumnya sebesar 4,1 miliar dolar AS atau 1,9 persen dari PDB.
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015