Magelang (ANTARA News) - Masyarakat Desa Ngluwar, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, secara swadaya memugar secara total masjid bersejarah yang dibangun mantan prajurit dalam Perang Diponegoro (1825-1830) agar mampu menampung umat setempat yang jumlahnya semakin bertambah.
Takmir Masjid Baitul Abidin Desa Ngluwar, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang Habib Komarudin di Magelang, Kamis, mengatakan pemugaran secara swadaya masyarakat dusun setempat itu membutuhkan dana sekitar Rp859 juta.
Ia menjelaskan pemugaran harus dilakukan agar masjid mampu menampung umat yang beribadah di tempat tersebut, khususnya warga setempat, dan memadai untuk kegiatan sosial keagamaan lainnya.
"Pemugaran ini bertujuan meningkatkan fungsi masjid untuk kegiatan yang terkait dengan keagamaan. Selanjutnya kami bangun menjadi dua lantai," katanya.
Ia mengatakan masjid tersebut dibangun sebelum 1857 oleh Resonegoro dan Diporejo. Nisan di pemakaman umum Dusun Ngluwar, Desa Ngluwar tertulis Resonegoro wafat pada 1857. Dia adalah putera menantu Demang Jogoyudo, sedangkan Diporejo putera seorang prajurit Pangeran Diponegoro.
"Makanya masjid ini memiliki nilai sejarah penting bagi masyarakat, karena yang membangun adalah mantan prajurit Pangeran Diponegoro," katanya.
Sekretaris Panitia Pembangunan Masjid Baitul Abidin Desa Ngluwar Abdul Mufid mengatakan keberadaan tokoh dengan masjid tersebut menjadi bagian dari cikal bakal nama Desa Ngluwar yang artinya titik luar perjuangan Pangeran Diponegoro.
"Ini menjadi cikal bakal nama Desa Ngluwar," katanya.
Ia menjelaskan masjid dibangun di atas tanah seluas 685 meter persegi meliputi bangunan utama, serambi, dan sarana pendukung lainnya.
Pada 1977, katanya, masjid tersebut juga pernah dipugar dengan memperluas bangunan agar mampu menampung umat setempat yang hendak beribadah.
Pewarta: M. Hari Atmoko
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015