Seorang pelayan mengenakan seragam warna hitam tengah membersihkan lantai marmer hotel itu. Penjaga pintu hotel sedang berbicara dengan seorang tamu yang menanyakan apotek terdekat.
Namun begitu jarum jam menunjuk angka 6, lusinan polisi berpakaian preman masuk tanpa membuat kegaduhan melalui pintu putar di depan hotel.
Mereka langsung menuju front desk dengan memperlihatkan surat perintah dari pengadilan dan meminta nomor-nomor kamar hotel yang ditempati para pejabat paling berkuasa dalam sepak bola yang menginap di hotel itu menjelang kongres tahunan FIFA.
Tiba-tiba, hotel Baur au Lac yang agung dan menjadi situs bertemu para musisi, seniman dan anggota kerajaan yang juga tempat kelahiran Hadiah Nobel itu berubah menjadi semacam tempat kejadian perkara (TKP).
Penjaga pintu hotel lalu diperintahkan untuk menelepon kamar seorang eksekutif FIFA. Setelah itu, salah satu penggerebakan paling penting dalam sejarah olah raga internasional itu pun berlangsung.
"Tuan," kata si penjaga pintu dalam Bahasa Inggris. "Saya baru saja menelepon Anda untuk mengatakan bahwa kami ingin Anda mendekati pintu dan membukakan pintu bagi kami atau kami yang harus mendobrak masuk."
Hotel yang menghadap Danau Zurich pun kini menjadi tempat ditangkapnya enam eksekutif olah raga global atas tudingan korupsi dan kini terancam diekstradisi ke Amerika Serikat.
Operasi penjemputan ini berlangsung kurang dari dua jam dan berlangsung damai, tak ada pemborgolan, tak ada pula senjata yang ditodongkan. Anehnya, hanya melibatkan seprai.
Penggerebekan di Amerika Serikat biasanya dipimpin tim SWAT bersenjata lengkap yang mengenakan rompi anti peluru dan helm. Sebaliknya pihak berwenang Swiss menempuh pendekatan yang halus.
Ketimbang menyerbu masuk ruangan para eksekutif itu dan menggelandang mereka keluar ketika mengenakan piyama, polisi Swiss justru sabar menunggu orang-orang itu mendekati pintu dan memberi mereka kesempatan berganti pakaian serta mengemasi tas mereka.
Para polisi ini memandu eksekutif-eksekutif ini keluar satu per satu, melalui beberapa pintu keluar, termasuk sebuah pintu samping, garasi hotel, dan ada juga yang melalui pintu utama.
Salah seorang eksekutif, Eduardo Li, Presiden Federasi Sepak Bola Kosta Rika, menginap di lantai empat. Kamarnya hanya beberapa langkah dari tangga spiral di tengah hotel itu.
Dua polisi mengetuk pintu. Begitu Li muncul, polisi-polisi ini tak meringkusnya, sebaliknya dia diberi kesempatan untuk membawa barang-barang pribadinya saat dikawal menuju elevator. Tas yang dia bawa memiliki logo FIFA.
Setelah mengarahkan Li ke pintu samping, para pelayan hotel menutupnya dengan seprai hotel agar tak bisa dilihat para pejalan kaki atau awak media. Dia bergegas ke sebuah kendaraan yang menunggunya tanpa ada tulisan polisi dan langsung dikemudikan.
Setelah itu, seorang eksekutif lainnya diam-diam keluar melalui lobi. Dia dan para penangkapnya melewati sebuah lukisan cat air nan besar dan dua permadani yang digantung di dinding, serta berpapasan dengan para pelayan hotel yang sedang membersihkan lampu gantung dan membersihkan lantai.
Eksekutif itu menghela kopernya melalui tuas penarik koper, sedangkan para petugas membawa dua kantong plastik berisi bukti-bukti.
Penangkapan itu berlangsung halus sekali, namun ketegangan sempat terjadi di front desk Baur au Lac.
Hanya beberapa menit setelah kabar operasi itu terbongkar media, telepon tak henti berdering. Saat bersamaan polisi-polisi itu kembali ke front desk guna meminta akses ke bagian lain dari hotel itu.
"Tuan, kami tak punya informasi apa pun, silakan telepon lagi nanti," kata sang penjaga hotel kepada seorang penelepon sebelum menutup pesawat telepon.
Pada satu titik, seorang pejabat puncak sepak bola --yang belum ditangkap-- tergesa-gesa memasuki lobi dengan mengenakan celana pendek, kaus oxford, handuk dan sandal putih yang disediakan hotel untuk tamunya. Pejabat itu berbicara singkat derngan seorang petugas front desk sebelum bergegas kembali ke kamarnya.
Setelah semua penangkapan dilakukan, seorang pria berwajah kaku memakai jas tiba di front desk. Dia bertanya, di kamar manakah salah seorang eksekutif FIFA menginap.
"Istrinya tidak mengetahui apa yang terjadi atau di mana dia berada," kata si pria.
Pukul 9 pagi, hotel yang semalam sebelumnya menjadi tempat berlangsungnya resepsi pernikahan itu dijaga para pengawal pribadi.
Di luar hotel itu, reporter-reporter berkumpul dan memasang kamera untuk siaran langsung televisi.
Di dalam hotel, para istri dan kekasih eksekutif-eksekutif FIFA yang ditangkap itu duduk di satu lounge berornamen di ruang tunggu utama.
Para istri dan kekasih ini mengelilingi sebuah komputer dan menyaksikan stream Internet dari Walter de Gregorio, juru bicara FIFA, saat memberikan keterangan pers di markas besar FIFA yang jaraknya hanya beberapa mil dari hotel itu.
Begitu Gregorio berbicara bahwa ini adalah "hari yang baik" bagi FIFA --mengingat pembersihan organisasi ini dari korupsi adalah prioritas badan sepak bola dunia tersebut--wanita-wanita ini terkulai. Salah seorang dari mereka menangis.
sumber: New York Times
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015