Magelang (ANTARA News) - Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa mengatakan sedikitnya 12 pondok pesantren di Jawa Timur dan Jawa Barat siap menampung pengungsi Rohingya, terutama anak-anak yang hidup sebatang kara karena terpisah dari orang tua dan familinya.
"Berdasarkan pendataan di lapangan, anak-anak pengungsi Rohingya banyak yang menjadi yatim piatu dan terpisah dari keluarga besarnya," katanya, usai menjadi pembicara pada khataman putri di Pondok Pesantren Raudhatut Thullab, Desa Wonosari, Kecamatan Tempuran, Kabupaten Magelang, Jateng, Rabu.
Ia menuturkan mereka butuh pemulihan secara psikososial dan perlu mendapatkan hak asuh karena hidup sebatang kara. Oleh karena itu perlu tempat yang memadai untuk menampungnya.
Ia mengatakan sebanyak 12 pondok pesantren yang siap menampung tersebut, antara lain Pondok Pesantren di Malang, Pasuruan, Bojonegoro, Jatim, dan Sukabumi, Jabar.
"Pesantren merupakan tempat penampungan yang dirasa cukup kondusif dan efektif bagi anak-anak tersebut," ucapnya.
Menurut dia untuk kebutuhan penempatan kembali para pengungsi Rohingya memerlukan waktu selama satu tahun. Setelah satu tahun, pihaknya mendorong komunitas internasional untuk bertanggung jawab terhadap nasib para pengungsi itu, seperti PBB dan negara-negara lain.
"Hal ini bukan hanya menjadi tanggung jawab Indonesia saja, melainkan juga tanggung jawab dunia," ujarnya.
Ia menuturkan dari 1.250-an pengungsi Rohingya banyak yang terpisah dari anggota keluarganya, misalnya, istri berada di Aceh dan suami mengungsi di Malaysia.
Ia mengatakan Kementerian Sosial berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri untuk membicarakan reunifikasi atau penyatuan kembali para pengungsi ke keluarganya.
"Menlu Indonesia nantinya akan berkomunikasi dengan Menlu Malaysia mengenai hal ini," tambahnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Raudhatut Thullab Tempuran, Said Asrori mengatakan pihaknya siap untuk menampung anak-anak pengungsi Rohingya. Di Pondok pesantren yang dikelolanya mampu menampun 500 santri.
"Kami siap menampung dengan jumlah yang kami tampung sekitar 50 orang," katanya.
Pewarta: Heru Suyitno
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015