Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta bergerak naik 22 poin dari posisi terakhir kemarin menjadi Rp13.198 per dolar AS pada Rabu pagi.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan kurs rupiah cenderung terbatas karena masih ada kekhawatiran pasar pada masalah utang Yunani serta menurunnya imbal hasil obligasi Jerman.
"Itu menyebabkan mata uang dolar AS lebih atraktif di pasar global, termasuk di dalam negeri," katanya.
Ia menambahkan sentimen terhadap rencana kenaikan suku bunga The Federal Reserve tahun ini juga masih menjadi faktor utama yang menggerakkan nilai tukar dolar AS.
Pernyataan Gubernur Federal Reserve Janet Yellen, yang menegaskan arah pengetatan moneter, dapat menopang penguatan dolar AS.
"Pasar masih merefleksilan pidato Janet Yellen mengenai kenaikan suku bunga pada tahun ini jika ekonomi AS terus membaik," katanya.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan penguatan rupiah terhadap dolar AS cenderung masih rentan. Sentimen kebijakan Federal Reserve masih mempengaruhi laju rupiah ke depannya.
"Sentimen eksternal masih membayangi laju mata uang rupiah, sementara sentimen positif dari dalam negeri terkait lembaga pemeringkat Standard & Poor's (S&P) yang memberikan kenaikan outlook peringkat utang Indonesia menjadi positif diperkirakan hanya bersifat jangka pendek dalam menopang mata uang rupiah," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015