Jakarta (ANTARA News) - Indonesia tengah menanti keputusan UNESCO mengukuhkan arsip mengenai Konferensi Asia Afrika (KAA) sebagai bagian warisan ingatan dunia atau Memory of the World (MoW).
Ketua Komite Nasional MoW Indonesia untuk UNESCO, Bambang Subiyanto mengatakan, arsip yang diusulkan sejak 2013 itu, diharapkan tahun depan dapat dikukuhkan sebagai MoW.
"Sejak 2013 akhir kami usulkan. Pada 2015 awal, kami lengkapi sesuai permintaan UNESCO, yakni dukungan dari lima negara inisator KAA, termasuk Indonesia. Akhirnya lkami mendapatkan dukungan. Mudah-mudahan tahun ini kami mendapat piagamnya," kata dia di Jakarta, Senin.
Bambang mengungkapkan, arsip KAA layak dikukuhkan sebagai MoW karena berdampak besar bagi negara-negara di Asia Afrika untuk merdeka.
"Karena mempuyai dampak yang besar bagi negara-negara di Asia Afrika. Inisiatornya kan lima negara, Indonesia, India, Pakistan, Sri Lanka dan Myanmar. Bukti nyatanya, salah satunya Dasasila Bandung, menginspirasi negara-negara di Asia Afrika untuk merdeka," ungkap dia.
Selain arsip KAA, lanjut dia, Indonesia juga akan mengajukan arsip mengenai Gerakan Non Blok (GNB) sebagai MoW.
"Nantinya, arsip Gerakan Non Blok juga akan diusulkan. Siang tadi, kami menerima tamu dari Serbia. Mereka mengusulkan Indonesia sebagai pelopor. Saat ini masih proses. Permintaan dari Serbia ini kuat," ujar Bambang. Saat ini, sejumlah arsip Indonesia yang telah diterima di dalam MoW, antara lain: Arsip VOC (2003) yang merupakan usulan Belanda bersama empat negara lain termasuk Indonesia, I La Galigo (2011), Babad Dipanegara (2013) dan Negarakertagama (2013).
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015