Jakarta (ANTARA News) - Banyak binatang makan biji-bijian, biji pohon ek, atau kacang-kacangan. Ciri yang umum dari makanan itu adalah memiliki cangkang dan tak ada cara langsung mengetahui apa yang ada di dalamnya.
Lalu, bagaimana cara binatang berapa banyak dan kualitas makanan seperti apa yang tersebunyi di dalamnya?
Solusi sederhana adalah memecahkan cangkang, yang sering memakan waktu dan tenaga--akan menjadi kekecewaan besar kalau tahu isinya busuk setelah upaya keras saat membuka kacang.
Situs berita pengetahuan Science Daily melansir bagaimana cara binatang mengevaluasi makanan yang berada di dalam kacang-kacangan.
Hal ini penting, khususnya untuk beberapa binatang yang suka menyembunyikan item makanannya untuk digunakan kemudian tanpa membuka dan mengecek tiap item.
Manusia bisa melakukan deteksi mana kacang yang lebih berat dengan mengocoknya ke atas dan ke bawah beberapa kali dan fokus pada perasaan berat yang kita rasakan. Manusia juga bisa mendeteksi kualitas semangka dengan mengetuknya.
Sebuah penelitian terbaru yang diterbitkan di Jurnal Ilmu Burung atau "Journal of Ornithology" menunjukkan bahwa beberapa burung juga bisa menggunakan trik yang sama dalam memilih kacang dari tempat makannya.
Penelitian itu dilakukan di Arizona oleh tim riset internasional dari Polandia dan Korea yang mengungkap burung jenis Mexican Jay (Aphelocoma wollweberi) mungkin bisa "menimbang" kacang dan bahkan mungkin bisa "mendengar" kacang saat mencengkeram kacang dengan paruh mereka.
Drs. Sang-im Lee, Piotr Jablonski, Maciej dan Elzbieta Fuszara adalah pemimpin dalam penelitian yang bekerja sama dengan para siswa dan asisten mereka, menghabiskan waktu berjam-jam membuka ratusan cangkang kacang dengan hati-hati, mengganti isinya dan menyajikannya pada burung jay untuk melihat jika burung dapat mengetahui perbedaan di dalam isi dari polong kacang yang mirip identik.
"Saat kami menyajikan jay dengan 10 polong kosong yang terlihat identik (polong tanpa atau dengan tiga kacang di dalamnya), kami mengetahui bahwa setelah mengambil polong, burung akan menolak polong yang kosong dan menerima polong yang ada isinya, tanpa membukanya." Kata Dr. Sang-im Lee dari Universitas Nasional Seoul -- salah seorang peneliti.
Serangkaian percobaan serupa dengan kacang identik yang normal dan kacang yang 1 gram lebih berat (polong-nya ditambah dengan tanah liat agar lebih berat), mengonfirmasi jika jay selalu bisa membedakan dan memilih kacang yang lebih berat.
Bagaimana caranya mereka bisa tahu mana yang kosong tanpa membukanya? Para peneliti menggunakan video gerakan lambat untuk melihat apa yang terjadi saat burung memutuskan akan membuang atau mengambil polong kacang.
"Kami menemukan bahwa burung menggoyangkan kacang di paruh mereka. Kami pikir gerakan ini mungkin bisa memberi informasi yang umumnya sama dengan perasaan "berat" saat kita memegang suatu obyek di tangan kita," kata Dr Jablonski.
Pada percobaan lain, para peneliti menyiapkan satu jenis kacang polong dengan membuka cangkangnya, menghilangkan dua dari tiga kacang dan menutupnya kembali. Polong jenis kedua disiapkan dengan membuka satu polong kecil yang normalnya berisi hanya satu kacang dan menutupnya lagi.
Burung jay kemudian memilih di antara kacang yang isinya sama dan beratnya sama namun ukurannya berbeda.
"Jay tahu bahwa polong yang lebih besar tidak seberat yang seharusnya dan mereka memilih yang lebih kecil, di mana mereka memiliki berat yang diharapkan untuk ukuran mereka," kata Dr. Fuszara.
Mereka bertingkah seolah-olah mereka tahu "ada yang salah" dengan kacang yang lebih besar.
Jadi bagaimana mereka bisa tahu? Jika mereka menggoyangkan kacang di paruhnya, burung mengeluarkan suara dengan membuka dan menutup paruh mereka di sekitar cangkang kacang untuk waktu yang singkat. Para peneliti berpikir burung jay juga memperhitungkan suara itu.
"Tujuan kita selanjutnya adalah menguraikan peran suara relatif terhadap pemahaman mengenai "berat" dan menentukan jika jay menggunakan isyarat sensor yang sama untuk biji ek-makanan alami mereka," Dr. Lee dan Dr Jablonski menyimpulkan.
Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015