Jakarta (ANTARA News) - Pengamat komik sekaligus komikus, Hikmat Darmawan menilai, industri komik lokal sebenarnya memiliki peluang membangkitkan industri penerbitan di Indonesia, salah satunya karena potensi pasar pembaca yang cukup besar.
"Komik bisa berperan untuk menjadi salah satu pintu masuk penciptaan pasar penerbit lokal. Jadi logika kerjanya dibalik, yakni dengan membangkitkan industri komik lokal, maka industri penerbitan lokal pun dibangkitkan,....Pasar pembaca komik kita besar, tetapi mayoritas masih menyerap komik impor terjemahan," ujar Hikmat kepada ANTARA News di Jakarta, Sabtu.
Menurut dia, saat industri komik lokal menjadi tuan rumah di negeri sendiri misalnya, yakni sekitar tahun 1950 hingga 1970-an, pembaca komik di Indonesia sekitar 25-25 juta orang pembaca atau pembeli.
"Ketika komik Indonesia jadi mainstream dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri, pada 1950 hingga 1970-an. Ini hitungan kasar saya saja, potensi industri komik kita sekitar 25-35 juta pembaca atau pembeli, " tutur dia.
Hanya saja, lanjut Hikmat, kebutuhan pasar pembaca yang besar itu belum mampu dipenuhi industri komik lokal, bahkan hingga kini.
Salah satunya karena masih bermasalahnya industri penerbitan. Terlebih, kecenderungan industri komik lokal saat ini pada komik cetak.
"Realitasnya, paling baru terwujud 0,5 hingga 1 persen,...Sebetulnya bukan kendala di penerbitan ke penerbitan, tetapi industri penerbitan secara umum di Indonesia memang bermasalah," katapenulis "How to Make Comics - Menurut Para Master Komik Dunia itu.
"Industri komik kita kan masih bertumpu pada komik cetak dan selama industri percetakan kita masih bermasalah. Penerbitan komik pun akan bermasalah. Misalnya, masalah jalur distribusi buku yang belum mampu menjangkau mayoritas penduduk Indonesia," tambah Hikmat.
Selain dari sisi jumlah, belum terpenuhinya kebutuhan pasar pembaca juga nampak dari belum banyaknya variasi komik, belum terjaminnya nomor komik per judul dan tentunya distribusi komik.
"Tuntutan pasar sebenarnya mencakup, produk yang bagus, banyak variasinya, banyak jumlahnya misalnya setiap bulan ada, seperti penerbit lokal ambil Doraemon, dia sudah terjamin produknya ada hingga 60 bulan ke depan. Di samping itu juga menyenangkan pembaca, karena produk kesukaan mereka selalu tersedia," kata Hikmat.
"Kuncinya bukan hanya di jumlah produksi seperti banyak judul komik, tetapi juga banyak nomor per judul dan banyak oplahnya, lalu pada distribusi," tambah dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015