Bogota (ANTARA News) - Serangan bom oleh tentara Kolombia, Kamis (21/5), menewaskan 18 gerilyawan FARC, operasi paling mematikan sejak Presiden Juan Manuel Santos mencabut penundaan serangan udara terhadap kelompok itu bulan lalu, kata seorang pejabat.
"Ini adalah pukulan besar pertama melawan FARC sejak Presiden Santos memerintahkan dimulainya kembali serangan udara terhadap gerilyawan pada 15 April," kata pejabat Kementerian Pertahanan, yang berbicara tanpa mau disebutkan namanya.
Serangan itu melibatkan militer dan polisi dan berlangsung di Guapi di wilayah Cauca di Kolombia barat, kubu FARC dan daerah yang populer dengan kartel narkoba.
Tentara menarget unit Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) yang dipersalahkan pemerintah atas serangan pada bulan November di pulau Gorgona yang menewaskan salah seorang letnan, kata sumber itu.
Serangan udara pada Kamis merupakan salah satu serangan udara paling mematikan sejak faksi yang saling bertikai memulai perundingan damai yang terhenti pada November 2012, yang bertujuan untuk mengakhiri konflik di Kolombia yang telah berlangsung beberapa dasawarsa dan menewaskan lebih dari 200 ribu orang.
Santos mencabut penundaan serangan udara pada kelompok itu setelah gerilyawan tersebut diduga membunuh 10 prajurit dalam serangan bulan lalu, demikian laporan AFP.
(Uu.G003)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015