Hanya tiga provinsi yang belum pernah saya datangi, Riau, Jambi dan GorontaloJakarta (ANTARA News) - Lee Tae Bok dan Kim Sung Weol mempersembahkan karya lukis dan foto tentang kehidupan di Indonesia, negara yang mereka diami bertahun-tahun dalam pameran "Indonesia dalam kuas dan lensa" di Korea Cultural Center, Jakarta.
Lee Tae Bok, pengusaha tali sepatu, bermukim di Indonesia selama 23 tahun.
"Saya merasa seperti setengah orang Indonesia karena sudah lama di sini," kata Lee di Korea Cultural Center, Jakarta, Kamis (21/5) malam.
Sejak tujuh tahun lalu dia melukis tentang Indonesia, baik dari yang dilihatnya lewat mata kepala sendiri atau melalui foto. "Sambil melukis, saya bisa cinta Indonesia," kata dia.
Dia melukis pemandangan seperti Bedugul, Bali dan kehidupan masyarakat seperti kakek yang bersantai di sebuah kampung di Jawa, anak-anak kecil yang tersenyum serta pembagian sembako.
"Kesan saya, orang Indonesia hatinya baik-baik," kata dia.
Sementara itu, Kim Sung Weol memamerkan sebagian dari hasil jepretannya selama sepuluh tahun menjelajahi Indonesia sejak 2005.
"Hanya tiga provinsi yang belum pernah saya datangi, Riau, Jambi dan Gorontalo," ujar perempuan yang menetap di Malang selama 17 tahun itu.
Beberapa hasil jepretan Kim memperlihatkan upacara Pasola di Sumba, seorang ibu yang memasak rendang, Bromo, hingga bunga mekar di halaman rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira, Maluku.
Lewat perjalanan mengabadikan momen-momen indah di Tanah Air, kekaguman Kim terhadap Indonesia selalu bertambah, baik itu sosok bersejarah maupun kekayaan alamnya.
Rumah pengasingan Bung Hatta di Banda Neira memberikan kesan mendalam di hati Kim. Di sana dia mengetahui bahwa dalam pengasingan pun Bung Hatta masih berkontribusi pada sekitar dengan cara mengajari anak-anak setempat.
"Belum tentu orang biasa bisa tetap menginspirasi dalam pengasingan," ujar penyuka es cendol dan kue klepon itu.
Dia berharap dapat memamerkan lebih banyak foto mengenai Indonesia dengan tema yang lebih mengerucut, seperti Bromo yang telah dikunjunginya sebanyak 24 kali. "Foto-foto Bromo bisa untuk dijadikan pameran sendiri," kata dia yang sempat mengabadikan Bromo pasca erupsi.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015