"Mereka mengetuk pintu lewat cara komunikasi berkesenian universal yang ada warna koreanya," kata Triawan di pembukaan pameran Indonesia Dalam Kuas Dan Lensa di Korea Cultural Center Jakarta, Kamis (21/5) malam.
Budaya populer seperti grup idol, misalnya Girls Generation, menjadi penarik massa yang kemudian penasaran dan ingin tahu lebih banyak tentang Korea, termasuk budaya tradisional.
"Kita harus menyerang dunia bukan dengan tarian tradisional tapi touch Indonesia pada universality. Orang akan suka dan mau masuk lebih dalam ke budaya," tutur ayah penyanyi Sherina Munaf itu.
Namun, butuh waktu untuk mewujudkan mimpi itu. Harus terbentuk fondasi kokoh dan aturan yang tepat supaya ekonomi kreatif Indonesia dapat mendunia.
Sebagai contoh, Korea butuh 15 tahun untuk memajukan industri film sehingga bergaung di dunia. Dengan populasi 50 juta jiwa, Korea memilki 5000 layar bioskop, sedangkan Indonesia yang berpenduduk 250 juta jiwa baru punya 800 layar bioskop.
Kini, negeri ginseng itu memiliki pendapatan dari televisi dan film sebesar 2100 triliun rupiah yang setara dengan APBN Indonesia, lanjut Triawan yang telah bertemu delegasi Korea untuk mempelajari pengalaman menjual film ke luar negeri.
"Kami mencintai Korea dengan musik dan filmnya, kami juga akan membalas dengan kualitas musik dan film yang sama dalam beberapa tahun lagi," tutur dia optimistis.
Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015