Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis sore bergerak menguat sebesar 60 poin menjadi Rp13.100 dibandingkan posisi sebelumnya di posisi Rp13.160/ dolar AS.
"Mata uang rupiah bergerak menguat seiring dengan outlook peringkat utang Indonesia yang naik menjadi positif dari stabil oleh Standard & Poors (S&P)," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova di Jakarta.
Menurut dia, kebijakan S&P yang menaikan outlook Indonesia itu seiring dengan struktur APBN yang memiliki ruang gerak fiskal besar. Situasi itu menjadi salah satu yang memberikan ruang bagi rupiah bergerak menguat terhadap dolar AS.
Di sisi lain, lanjut dia, hasil risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada April lalu yang menyatakan belum adanya indikasi sinyal kenaikan suku bunga AS (Fed fund rate) menambah topangan bagi mata uang rupiah bergerak menguat.
Namun, ia memperkirakan bahwa volatilitas rupiah masih akan tinggi karena belum adanya kepastian waktu kenaikan Fed fund rate.
Di tengah ketidakpastian itu pelaku pasar uang akan tetap cenderung mengakumulasi mata uang yang dianggap dapat menjaga nilai, salah staunya dolar AS.
Sementara itu, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa the Fed ingin menghindari volatilitas yang tinggi ketika suku bunga naik sehingga kenaikan suku bunga tidak akan tiba-tiba dan akan lebih mengikuti panduan yang diberikan dari pertemuan ke pertemuan.
"Kenaikan suku bunga the Fed hanya akan terjadi secara terencana mengikuti panduan. The Fed yang masih enggan untuk menaikan suku bunga, memberi peluang untuk menekan mata uang dolar AS di negara berkembang termasuk di Indonesia," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis (21/5) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat menjadi Rp13.150 dibandingkan hari sebelumnya (20/5) Rp13.169.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015