"Sebenarnya kita mampu memproduksi sendiri lampu LED, hanya terkendala di teknologi yang high tech," kata dia kepada www.antaranews.com, di sela penyelenggaraan Indonesia Industrial Machinery and Electronic Products Exhibition (IIME) 2015, di Jakarta, Kamis.
Manoppo menilai, dari sisi bahan baku sebenarnya tak ada kesulitan, misalnya plastik penyangga badan lampu. Namun khusus teknologi komponen emitter lampu, industri di Indonesia masih harus mengimpor.
Akibatnya, harga lampu LED merek ternama dan andal masih mahal, sekitar Rp50.000 untuk lampu berdaya tiga Watt yang setara 60 Watt pada lampu neon.
"Plastik penyangga lampu bisa kita buat sendiri. Tetapi, besi di bagian bawah masih harus impor, lalu teknologi bohlam alias bola lampu (komponen emitter lampu) juga masih harus impor dari Taiwan, Korea dan Tiongkok," kata Manoppo.
Dia mengatakan, dibandingkan jenis lampu lainnya, misalnya lampu hemat energi (LHE), lampu LED bisa menghemat konsumsi listrik sekitar dua kalinya.
"Selain itu juga lebih ramah lingkungan. Berbeda dengan LHE yang dikatakan mengandung merkuri," tutur dia.
Kendati belum mampu memproduksi sendiri sepenuhnya lampu LED, Manoppo mengatakan, pihaknya berharap masyarakat dapat beralih dari LHE ke LED.
"LED akan dikembangkan, tetapi semua perlu proses. Untuk konsumen, kita tekankan bisa mencapai satu juta pengguna LED," pungkas dia.
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015