Jakarta (ANTARA News) - Mana sebaiknya yang dipilih, steak yang dimasak medium (matang sedang) atau well done (matang sempurna)? Chef Afit Dwi Putranto pemilik Holycow Steakhouse mengatakan ada kecenderungan masyarakat Indonesia untuk memilih kematangan well done dalam memakan steak karena dianggap sebagai cara terbaik.

Padahal, steak yang dimasak secara medium lebih empuk dan terasa nikmat karena masih "juicy".

"Steak well done lebih kering karena jusnya sudah keluar dan otot-ototnya sudah tertarik," kata Afit di Holycow Cilandak Town Square, Rabu (20/5).

Cairan yang keluar dari daging steak medium kerap disalahartikan sebagai darah, lanjut Afit. Padahal, jus itu adalah saripati dari kelezatan daging.

"Kalau berair, bukan darah, tetapi cairan otot. Warnanya merah karena mengandung mioglobin, justru di situ rasa dagingnya," imbuh pakar nutrisi Emilia Achmadi.

Pakar nutrisi Emilia Achmadi menambahkan tingkat kematangan daging berpengaruh pada banyaknya asam amino yang akan diekstrak tubuh. Semakin mentah, protein akan lebih sulit dicerna.

"Tetapi dari taste, semakin matang rasanya semakin berkurang," ujar dia.

Dia melanjutkan,"Medium posisi aman, protein masih mudah diolah tubuh dan rasanya tetap ada."

Meski steak dimasak secara medium, Emilia menegaskan tidak akan ada bakteri bila daging disembelih secara benar.

"Jangan juga mencuci daging dengan air karena justru bisa memasukkan organisme baru," tutur dia.

Lantas, bagian mana dari daging sapi yang paling lezat dijadikan steak?

Chef Afit mengatakan ada beberapa bagian yang menjadi favorit untuk steak karena ototnya jarang dipakai sapi selama hidup sehingga terasa empuk, yaitu tenderloin, rib eye dan sirloin.

"Sirloin paling tidak empuk di antara yang empuk, tapi rasanya best," imbuh dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015