Seorang pedagang beras di Pasar Besar Ngawi Tinatun, Rabu mengatakan, akibat isu itu penjualan beras di kiosnya menjadi berkurang. Meski pengurangannya tidak signifikan, namun tetap saja membuat cemas.
"Kalau seperti ini terus, penjualan beras di Pasar Besar Ngawi bisa menurun. Meski di pasar sini tidak ditemukan beras palsu, namun tetap kena imbasnya," ujar Tinatun, kepada wartawan.
Sebelum beras plastik itu beredar, dia bisa menjual satu kuintal beras sehari, kini merosot tajam.
Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia memberikan tiga cara saat warga membeli beras. Pertama pegang butir-butir berasnya, apakah agak kasar atau licin. Kalau licin, dapat dipastikan beras itu terbuat dari bahan sintetis.
Cara kedua melihat secara saksama butir-butir berasnya, apakah beras itu putihnya bening atau sedikit keruh. Jika berasnya berwarna putih keruh, maka merupakan beras asli yang berasal dari gabah.
Terakhir, perhatikan tumpukan butir-butir beras itu. Jika semua beras itu utuh tanpa ada patah-patah, maka itu beras palsu atau sudah diproses.
Cara kedua melihat secara saksama butir-butir berasnya, apakah beras itu putihnya bening atau sedikit keruh. Jika berasnya berwarna putih keruh, maka merupakan beras asli yang berasal dari gabah.
Terakhir, perhatikan tumpukan butir-butir beras itu. Jika semua beras itu utuh tanpa ada patah-patah, maka itu beras palsu atau sudah diproses.
Beras sintetis berbahan plastik itu dilaporkan bisa menimbulkan kanker payudara atau minimal penyakit lambung serius.
Pewarta: Slamet Sudarmojo/Louis Rika
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015