"Laju rupiah kembali melanjutkan pelemahannya terhadap dolar AS menjelang rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC). Pasar akan mencermati indikasi kenaikan suku bunga acuan AS (Fed fund rate)," kata Analis PT Platon Niaga Berjangka Lukman Leong di Jakarta.
Di tengah penantian hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC), menurut dia, pelaku pasar cenderung menahan transaksi sehingga volume perdagangan di pasar uang dalam negeri cenderung menurun.
"Minimnya sentimen positif serta aksi wait and see investor pasar uang terhadap kebijakan the Fed membuat pelaku pasar mengambil posisi aman dengan mengakumulasi aset safe haven," katanya.
Ia mengharapkan bahwa Bank Indonesia dapat menjaga fluktuasi mata uang rupiah agar tidak terlalu lebar, karena dapat membuat pelaku usaha khawatir.
Kepala Riset NH Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan nilai tukar dolar AS menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah, seiring dengan kembali melemahnya harga minyak mentah dunia.
Ia mengatakan, rencana bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) kembali memberikan stimulus perbaikan ekonomi di kawasan Eropa diharapkan dapat berimbas positif pada euro dan akhirnya dapat menopang rupiah.
Selain itu, dia menjelaskan, keluarnya sebagian dana infrastruktur diharapkan dapat mengangkat optimisme pelaku pasar terhadap perekonomian domestik sehingga instrumen investasi di dalam negeri kembali diminati investor.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015