"Hemat saya, kebangkitan nasional 20 Mei 2015 harus menjadi semangat positif," kata Susanto saat dihubungi dari Jakarta, Rabu.
Dia mengatakan kebangkitan nasional akan terwujud jika didukung oleh kebangkitan keluarga. Indikator keluarga bangkit adalah terwujudnya keluarga yang ramah anak, yaitu keluarga yang mengembangkan prinsip nondiskriminasi, partisipasi anak, tumbuh kembang dan kepentingan terbaik bagi anak.
Bangsa yang besar dan berperadaban, kata dia, ditentukan oleh seberapa kualitas keluarga-keluarga Indonesia. Oleh karena itu, kebangkitan nasional harus menjadi spirit kebangkitan keluarga Indonesia yang berkualitas.
Terkait penelantaran lima anak di Cibubur, Susanto melihatnya menjadi contoh buruk bagaimana orang tua belum dapat menjamin tumbuh kembang anak ke arah positif.
Orang tua, lanjut dia, yang seharusnya menjadi pelindung utama dan pertama malah kadang melakukan yang tidak sewajarnya, bahkan kedua orang tua justru menelantarkan anak.
"Suatu perilaku di luar logika, padahal secara kasat mata, ekonomi keluarga bersangkutan cukup mapan dan juga berpendidikan. Kasus ini bukan kasus tunggal dan merupakan fenomena gunung es," katanya.
Menurut Susanto, terdapat sejumlah alasan orang tua menelantarkan anak.
Pertama, kata Susanto, faktor persepsi orang tua terhadap anak yang lemah. Masih banyak orang tua berpandangan bahwa anak adalah "aset dan milik orangg tua" dan boleh diperlakukan sesuai selera orangtua. Ini tentu tidak dibenarkan karena perilaku sekehendaknya sendiri, berpotensi menjadi pemicu penelantaran.
Kedua, faktor disfungsi keluarga. Tidak sedikit anak menjadi terlantar karena dipicu keluarga yang bermasalah.
Ketiga, faktor ketidakmampuan pasangan. Tidak sedikit anak terlantar dipicu karena orang tua tidak mampu, misalnya tidak memiliki pekerjaan, tidak memiliki tempat tinggal, kondisi kesehatan orang tua yang kurang mendukung dan masih banyak faktor lainnya.
"Keluarga-keluarga seperti ini harus dibantu," katanya.
Pewarta: Anom Prihantoro
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015