Hal ini juga penting untuk menekan pola hidup TKI yang konsumtif,"
Taipei (ANTARA News) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong para tenaga kerja Indonesia di Taiwan untuk memanfaatkan sistem transaksi nontunai guna mendukung pemerintah Indonesia dalam mengelola migrasi keuangan yang baik.
"Hal ini juga penting untuk menekan pola hidup TKI yang konsumtif," kata Kepala Departemen Perlindungan Konsumen OJK, Anto Prabowo, di Taipei, Senin.
Pihaknya berusaha mewujudkan mimpi TKI untuk memperbaiki kehidupan pribadi dan keluarga, baik selama yang bersangkutan bekerja maupun kelak ketika sudah kembali ke Tanah Air.
"Oleh sebab itu, kami akan terus membekali pengetahuan TKI mengenai produk layanan keuangan dan keterampilan pengelolaan keuangan untuk investasi," katanya.
Mengutip data Bank Indonesia pada tahun 2014, Anto menyebutkan bahwa remitansi TKI di Taiwan mencapai 668.971.854 dolar AS atau setara Rp8,5 triliun.
Pihaknya juga mengingatkan agar TKI tidak mudah tergiur dengan tawaran investasi dari berbagai pihak yang hanya menjanjikan imbal hasil yang tinggi.
Tingginya remitansi TKI tersebut dipicu oleh pesatnya perkembangan ekonomi di Taiwan dari sektor industri jasa konstruksi, perbankan, industri elektronik, komputer, semikonduktor, perikanan, perkapalan, jasa penerbangan, dan transportasi.
"Banyaknya industri di negara ini membuka lapangan pekerjaan untuk warga negara asing, tak terkecuali bagi TKI," ujarnya menambahkan.
Ia menyebutkan jumlah TKI di Taiwan terus meningkat dari 137 ribu orang pada 2010 menjadi 233 ribu orang pada bulan Maret 2015.
Sebagian besar TKI di Taiwan bekerja sebagai nelayan yang gajinya sebesar 19.273 dolar Taiwan (NT) per bulan. Disusul pekerja industri (19.047 NT) dan pekerja rumah tangga (15.840 NT) yang pada bulan Juni ini bakal mengalami kenaikan gaji hingga menjadi 17.500 NT.
"Tingginya pendapatan yang diterima pekerja Indonesia di luar negeri masih menjadi magnet bagi para TKI. Ini yang menjadi tujuan agar TKI pandai mengatur pengeluaran dan menyisihkan penghasilannya agar kelak bisa memiliki usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup dan keluarganya, seperti membeli sawah, rumah, biaya menikah, dan pendidikan anak," ujarnya.
Sehari sebelumnya Anto bersama Kepala Divisi Remitansi Bisnis BNI Hari Satriyono dan General Manager BNI Hong Kong Mucharom Hadi Prayitno memberikan pelatihan kewirausahaan kepada para TKI Taiwan yang difasilitasi Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei.
"Kami menjadikan TKI sebagai salah satu segmen masyarakat yang diperhatikan upaya peningkatan pengetahuan keuangan dan meningkatkan akses keuangan juga untuk pengembangan produk keuangan yang sesuai," ujarnya.
Selain di Taipei, OJK akan melakukan kegiatan serupa di Tokyo, Kuala Lumpur, dan Hong Kong bekerja sama dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI.
Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015