... Solar Emulsi jenis makro saat ini di negara-negara maju sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar...Jakarta (ANTARA News) - Indonesia telah menjadi negara importir netto BBM fosil dan kini PT Pertamina tengah mengembangkan terobosan baru energi terbarukan: penelitian solar yang bisa dicampur dengan air.
"BBM itu namanya Solar Emulsi, yaitu solar dengan campuran air. Kunci pencampurannya dengan surfactant," kata Vice President Research and Development PT Pertamina, Eko Laksono, di Jakarta, Senin.
Perbedaan berat jenis, ikatan kimia, struktur dan komposisi kimiawi solar dan air memerlukan agen pemersatu (surfactant) agar mereka bisa berikatan baik dan tetap memiliki kandungan energi. Ibaratnya, menyatukan minyak dengan air.
Ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, di bilangan Gambir, Jakarta Pusat, ia menjelaskan, melalui proses pencampuran kesemua bahan itu maka akan dihasilkan jenis bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan solar konvensional.
"Kelebihannya jelaga tidak hitam. Jika dibandingkan dengan Solar48, opasitasnya di atas 15. Kalau Solar Emulsi ini kurang dari 10, emisinya rendah," ujar Laksono.
Saat ini terdapat dua produk utama dari hasil pengolahan Solar Emulsi tersebut yaitu, mikro dan makro, tuturnya.
Untuk Solar Emulsi mikro saat ini sudah memasuki tahap pengujian di lembaga afiliasi penelitian dan industri (LAPI) ITB, Bandung, dengan digunakan sebagai bahan bakar pada kendaraan bermotor hingga mencapai jarak 10.000 km.
"Untuk yang Solar Emulsi jenis makro saat ini di negara-negara maju sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar," katanya.
Dia juga menyatakan, sasaran pasar Solar Emulsi ialah untuk sektor transportasi umum dan nelayan.
"Kalau diuji pada hi-speed engine saja sudah lulus, sudah pasti untuk kelas med-low engine, di antaranya angkutan umum dan mesin tempel nelayan juga bisa," kata dia. Dia tidak mengungkap kisaran calon harga bagi Solar Emulsi itu, juga persyaratan spesifikasi mesin yang diperlukan agar Solar Emulsi itu sukses dipakai mesin.
Menurut Laksono, energi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. PT Pertamina juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan cadangan energi terbarukan sebagai sumber daya masa depan.
"Selain mengembangkan, nanti Pertamina juga akan memproduksi dan menjual produk energi baru dan terbarukan," katanya.
Ketika ditemui di Kantor Pusat Pertamina, di bilangan Gambir, Jakarta Pusat, ia menjelaskan, melalui proses pencampuran kesemua bahan itu maka akan dihasilkan jenis bahan bakar baru yang lebih ramah lingkungan jika dibandingkan dengan solar konvensional.
"Kelebihannya jelaga tidak hitam. Jika dibandingkan dengan Solar48, opasitasnya di atas 15. Kalau Solar Emulsi ini kurang dari 10, emisinya rendah," ujar Laksono.
Saat ini terdapat dua produk utama dari hasil pengolahan Solar Emulsi tersebut yaitu, mikro dan makro, tuturnya.
Untuk Solar Emulsi mikro saat ini sudah memasuki tahap pengujian di lembaga afiliasi penelitian dan industri (LAPI) ITB, Bandung, dengan digunakan sebagai bahan bakar pada kendaraan bermotor hingga mencapai jarak 10.000 km.
"Untuk yang Solar Emulsi jenis makro saat ini di negara-negara maju sudah banyak digunakan sebagai bahan bakar," katanya.
Dia juga menyatakan, sasaran pasar Solar Emulsi ialah untuk sektor transportasi umum dan nelayan.
"Kalau diuji pada hi-speed engine saja sudah lulus, sudah pasti untuk kelas med-low engine, di antaranya angkutan umum dan mesin tempel nelayan juga bisa," kata dia. Dia tidak mengungkap kisaran calon harga bagi Solar Emulsi itu, juga persyaratan spesifikasi mesin yang diperlukan agar Solar Emulsi itu sukses dipakai mesin.
Menurut Laksono, energi merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan. PT Pertamina juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan cadangan energi terbarukan sebagai sumber daya masa depan.
"Selain mengembangkan, nanti Pertamina juga akan memproduksi dan menjual produk energi baru dan terbarukan," katanya.
Pewarta: Roy Bachtiar
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015