Krisis listrik tidak berkesudahan itu membuat kegiatan niaga dan pertumbuhan ekonomi terhambat.
Unjuk rasa yang diprakarsai pesohor Ghana itu menggalang dukungan dari cendekiawan, pegawai negeri dan kalangan swasta, yang bergerak di jalan dengan panjang barisan hingga 500 meter di kawasan timur kota Akkra.
Pengunjuk rasa itu mengenakan busana berwarna hitam dan merah, membawa obor minyak dan lilin sembari menyuarakan semboyan menentang pemerintah.
Di antara pengunjuk rasa terdapat seorang pria membawa kulkas meja yang katanya rusak akibat seringnya pemadaman listrik.
Pertumbuhan ekonomi di Ghana, yang dulu sempat menjadi kesukaan pemodal, kini telah melambat akibat krisis fiskal yang memaksa pemerintah Ghana untuk mencari bantuan dari IMF.
Tapi, krisis energi justru yang melumpuhkan bisnis berskala rumahan dan membuat banyak orang di Ghana murka. Saat ini, perusahaan listrik di negeri itu hanya menyalurkan listrik selama 12 jam di tiap siklus 36 jam.
"Kita mengatakan bahwa tiga tahun adalah yang lebih dari cukup untuk mengatasi krisis ini--dan ini telah merugikan banyak aspek kehidupan kami," kata Yvonne Nelson, salah satu peserta demonstrasi, seperti dikutip Reuters.
Pemerintah menyalahkan defisit listrik yang telah terjadi secara menahun. Pemerintah Ghana berencana membangun pembangkit listrik darurat dan membangun pembangkit-pembangkit listrik lainnya dengan kapasitas 3.000 hingga 5.000 megawatt pada tahun 2017.
(Uu.E012)
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015